Entri Populer

Rabu, 30 November 2011

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH Prinsip Kedua, Percaya Kepada Apa yang Disembah

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH
Prinsip Kedua, Percaya Kepada Apa yang Disembah

“Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, . . . .” – Matius 28:17a

Murid-murid menyembah Tuhan sesaat sebelum pengangkatan-Nya, menunjukkan bahwa mereka percaya dengan sepenuh hati kepada apa yang mereka sembah. Penyembahan yang didasari pengenalan, akan memberi keyakinan sepenuhnya kepada obyek yang disembah. Kepercayaan ini, akan mendatangkan kepastian akan janji-janji-Nya. Roma 10:10 berkata, ”Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.” Kepercayaan yang sungguh-sungguh adalah kebenaran yang hakiki. Penyembahan kita akan sia-sia, tanpa kepercayaan. Oleh karena itu, percayalah sungguh-sungguh bahwa Tuhan yang kita sembah, adalah Tuhan yang maha hadir. Dia hadir ketika kita menyembah-Nya.
Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang selalu mendekat kepada penyembah-Nya. Itulah sebabnya Tuhan melihat hati, karena kepercayaan manusia, hanya bisa dilihat dari hatinya, bukan perbuatannya. Ketika manusia melakukan sesuatu, belum tentu melakukannya dengan sepenuh hati. Tetapi orang yang percaya sepenuh hati kepada Tuhan, pasti melakukan segala sesuatu hanya untuk kemuliaan-Nya. Kepercayaan kita yang sungguh-sungguh, akan menarik kemuliaan-Nya. Penyembahan demikian, akan membawa perubahan atmosfir hidup.
Sesungguhnya, penyembahan kita ditujukan kepada Tuhan yang maha hadir. Penyembahan seperti ini, sangat menyukakan baik bagi orang yang melakukannya, maupun Tuhan yang disembah. Dia sungguh-sungguh hadir sebagai sebuah pribadi, dalam penyembahan orang percaya. Kehadiran-Nya dapat dirasakan dalam hati dan diimajinasikan. Penyembahan seperti ini bagaikan hubungan intim yang utuh dan dapat dirasakan kedua pihak.
Pengalaman terindah dalam penyembahan adalah ketika kita mengalami terobosan spiritual dalam penyembahan. Untuk mengalaminya, kita harus terus merenungkan tentang pribadi Tuhan Yesus, yang adalah Tuhan yang maha hadir oleh iman kita. Dia bukan Tuhan yang ”jauh” dan sulit disentuh, atau memerlukan usaha sekuat tenaga berteriak supaya Dia dengar. Tuhan pasti hadir karena kasih-Nya kepada kita, inilah kepercayaan kita. Jika kita mengakui kehadiran Tuhan, maka penyembahan kita pun menjadi berbeda. Terjadi perubahan atmosfir di sekitar kita. Ketika kita percaya sepenuhnya bahwa kita sedang berada dalam kehadiran-Nya, maka dengan cepat hati kita akan dipenuhi dengan perasaan yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Kedamaian dan keheningan mulai dirasakan, air mata mengalir, bibir tidak bisa mengucapkan kata-kata dengan tepat, sukacita yang meluap-luap, waktu berlalu begitu saja tanpa terasa. Penyembahan seperti ini, meningkatkan kuasa urapan yang ada pada kita.
Kepercayaan dalam penyembahan diibaratkan seperti air. Kita bisa menikmati setetes air, karena kita percaya baha air itu dapat memberikan kelegaan. Kepercayaan kita terhadap air itu, akan segera mengusik kita untuk segera minum dan menghilangkan dahaga. Demikian juga penyembahan. Jika kita sungguh-sungguh percaya kepada obyek yang kita sembah adalah Pribadi yang benar dan dapat memberikan kelegaan hidup, pastilah penyembahan kita berbeda dari penyembahan agamawi. Itulah sebabnya Tuhan Yesus memberikan illustrasi Penyembahan, seperti kita sedang minum air, yaitu Air Kehidupan.
tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." – Yohanes 4:14.
Kehadiran-Nya, tidak dapat diukur dengan logika, hanya dapat diterima oleh iman. ”Kata Yesus kepadanya: ’Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya ’." Kalimat ini menjelaskan tentang penyembahan yang menyentuh kehadiran Tuhan dalam iman. Betapa dahsyatnya ketika kita dapat menyentuh kehadiran-Nya.
Menyentuh kehadiran-Nya, bukan berarti bahwa tubuh kita mengalami sentuhan dengan tubuh Tuhan, seperti Tomas. Melainkan berupa perjumpaan spiritual manusia batiniah, dengan hati yang percaya. Kepercayaan ini yang akan menyatakan kemuliaan Allah. Sebagaimana yang dikatakan dalam Yohanes 11:40, ”Jawab Yesus: ’Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?’”
Kesimpulannya, apa yang dapat membuat kita percaya kepada Pribadi yang kita sembah?
1.   Akuilah, bahwa Alkitab adalah firman Tuhan.
Terus memperhatikan jalan cerita tentang bagaimana Tuhan berurusan dengan manusia. Kita akan menemukan kebenaran tentang Tuhan yang kita sembah itu, adalah Tuhan yang sesungguhnya, maha hadir karena kasih-Nya kepada mereka yang mencari-Nya.
2.   Alamilah pengalaman khusus, bersama kehadiran-Nya.
Ketika Dia hadir, akan terjadi kemerdekaan. Setiap orang yang mencari-Nya, pasti memiliki pengalaman pribadi dengan-Nya. Dengan pengamalam inilah, kepercayaan kita semakin diperkuat dengan kehadiran-Nya.
3.   Belajar taat kepada kehendak-Nya.
Sekalipun apa yang Tuhan inginkan, sulit untuk kita lakukan, tetapi ketika kita melakukannya dengan tulus hati, maka Dia akan menyanggupkan kita. Ini akan semakin memperkuat kepercayaan kita. Kita akan semakin percaya, bahwa sesungguhnya Tuhan menyertai kita.(YES)

Selasa, 29 November 2011

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH Prinsip Pertama, Pengenalan Akan Bapa


7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH
Prinsip Pertama, Pengenalan Akan Bapa

“Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.” – Matius 28:17

Pengenalan akan Bapa menjadi prinsip yang pertama, sebuah prinsip yang sangat menentukan kelangsungan hidup kita sebagai umat kepunyaan-Nya. Ketika Yesus diangkat ke Surga, semua murid-Nya sujud menyembah-Nya, namun ada sebagian yang ragu-ragu. Ini yang sering kita jumpai. Ada begitu banyak orang yang beribadah, tetapi sesungguhnya tidak menyembah-Nya. Terkadang hanya mencari mujizat. Mengapa bias demikian? Karena sesungguhnya mereka tidak mengenal-Nya. Oleh sebab itu, mereka tidak melihatnya sebagai Pribadi yang layak disembah.
Ketika kita berada di keramaian, tentu kita tidak akan berteriak memanggil si A atau si B, karena tidak akan terdengar, sekalipun dapat melihat mereka. Dalam keadaan demikian, hal terpenting adalah kita harus mengenal si A  atau si B itu, lalu mendekati mereka. Setelah dekat, baru dipanggil. Kasus ini membuktikan sangat pentingnya pengenalan.
Dalam ayat di atas dikatakan bahwa para murid sujud menyembah-Nya, ini membuktikan bahwa mereka mengenal Yesus. Mereka tahu pasti siapa yang mereka sembah dan mengapa harus menyembah-Nya. Itulah sebabnya pengenalan akan Bapa sangat penting. Penyembahan tanpa pengenalan, hanya bersifat penyebahan agamawi. Hal ini dijelaskan dalam Yohanes 4:22, yang berbunyi, “Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.”
Kata “jemaat”, berarti “immamat yang rajani”, artinya para penyembah yang memiliki otoritas Kerajaan. Kita pasti akan bias mengenal Tuhan, jika kita memahami bahwa kita adalah penyembah. Jika kita tidak melakukan penyembahan, maka tidak mungkin kita bias mengenal Pribadi yang kita sembah. Penyembahan didasari dengan pengenalan akan oknum yang disembah. Pengenalan memiliki nilai kekekalan sebagaimana yang dijelaskan dalam Yohanes 17:3, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”
Salah satu murid yang sempat meragukan Tuhan adalah Tomas. Ketika para murid berjumpa dengan Tuhan Yesus setelah kebangkitan-Nya, mereka langsung menyembah-Nya, kecuali Tomas. Dia baru bisa percaya, ketika mencucukan jarinya ke bekas tusukan paku dan tombak, pada tangan dan lambung Yesus. Tuhan Yesus dating dan menjawab keraguannya dalam Yohanes 20:27-28, “Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’ Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku’.“
Hal serupa pengalaman Tomas ini, sering kita jumpai. Kita tahu tentang Tuhan, namun tidak mengenal-Nya. Dapat dibayangkan jika kita menjadi penyembah yang demikian? Apa yang kita sembah? Dengan tegas, Tuhan berkata kepada orang-orang demikian, “Jawab-Nya kepada mereka: ‘Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia’.” – Yohanes 7:6-8
Dalam bahasa Ibrani kata “Sembahyang”, ditulis “peneh yahwe”, yang berarti hubungan yang intim antara anak dengan ayahnya. Jadi, penyembahan bukanlah sekedar upacara keagamaan, melainkan suatu tindakkan ketuhanan yang hakiki, yang tidak dapat digantikan dengan apapun. Penyembahan adalah hubungan spiritual yang utuh. 
Penyembahan dalam Perjanjian Lama, merupakan gambaran dari apa yang ada di Sorga. Dalam Perjanjian Baru, penyembahan yang dilakukan di Sorga, dinyatakan juga di Bumi, yang dilakukan oleh Bapa sendiri melalui korban grafirat yang utuh dan sempurna. Kita hanya melanjutkan pekerjaan Tuhan Yesus, sebagai wujud pribadi penyembahan tersebut. Hal ini dijelaskan dalam ayat di bawah.
“Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk disebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga, dan yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia. Sebab setiap Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan dan karena itu Yesus perlu mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan. Sekirtanya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi imam, karena di sini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat. Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti apa yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia handak mendirikan kemah: ‘ingatlah,’ demikian firman-Nya, ‘bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu.’ Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi.” – Ibrani 8:1-6
Penenalan akan Bapa sangat penting dalam penyembahan. Kenalilah Bapa dengan benar, dengan cara membaca, merenungkan dan melakukan firman-Nya. Dibawah ini, ada 8 poin tentang siapakah Bapa itu.
1.   Bapa adalah Roh yang maha hadir. Dimana ada Roh Bapa, disitu ada kemerdekaan.
2.   Bapa adalah kasih. Kasih-Nya tiada terukur bagi kita semua.
3.   Bapa berkuasa dalam segala sesuatu dan menyatakan segala sesuatu.
4.   Bapa itu benar dan adil. Keadilan-Nya mengatasi segala sesuatu sesuai kehendak-Nya.
5.   Bapa adalah Pribadi yang menyediakan. Tanpa Dia, segala sesuatu tidak ada.
6.   Bapa adalah Panji Kemenangan. Dia telah memenangkan segala sesuatu bagi orang percaya. Itu sebabnya kita disebut \lebih dari pemenang.
7.   Bapa adalah Gembala yang baik, yang selalu menuntun umat-Nya ke dalam kehidupan yang damai.
8.   Bapa adalah Pribadi yang menyembuhkan dan mentahirkan orang yang sakit.(YES)

Jumat, 25 November 2011

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH Pendahuluan

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH
Pendahuluan, Penyembahan adalah Kehendak Bapa

“Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran, sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.” – Yohanes 4:23

Penyembahan ialah suatu pelayanan keimamatan yang merupakan kehendakTuhan. Karena itu, sebagai mahluk ciptasn-Nya, kita harus menyembah-Nya. Itulah sebabnya, dalam Yohanes 4:23, dikatakan bahwa Tuhan mencari penyembah yang berkenan.
Penyembahan adalah cara Tuhan menyatukan diri dengan umat-Nya. Tuhan mencari penyembah yang mengenal-Nya, yang adalah Roh adanya. Itulah sebabnya, ketika seseorang menyembah-Nya, harus menyembah dalam roh dan kebenaran. Melalui pembahasan kita akan “7 Prinsip dalam Penyembahan”, diharapkan dapat memperlengkapi jemaat untuk menjadi penyembah yang berkenan. Setiap Anak Kerajaan (jemaat) adalah penyembah.
Ada banyak pengajaran  yang bagus tentang penyembahan. Tetapi apakah semuanya benar? Yang Tuhan kehendaki adalah penyembah yang “benar”, bukan penyembah yang “baik”. Sesuatu yang baik, belum tentu benar, sebaliknya sesuatu yang benar, pasti baik. Menyembah bukanlah hanya untuk mereka yang pandai bernyanyi dan memiliki suara merdu. Pemahaman yang salah ini sering menjadi ganjalan bagi jemaat dalam menyembah. Tetapi kemudian Tuhan membukakan sebuah kebenaran bahwa menyembah bukanlah tentang nyanyian yang baik, sekalipun penyembahan tidak terlepas dari nyanyian. Penyembahan adalah hubungan yang intim antara jemaat dengan Bapa.
Kalimat “saatnya akan datang” dalam ayat Yohanes 4:23, menunjukkan bahwa penyembahan akan mengalami pemulihan sesuai kehendak-Nya. Ketika kita memahami bahwa penyembahan adalah hubungan yang intim, maka hal ini akan memberikan nilai tersendiri dalam hidup dan pelayanan kita. Penyembahan yang benar, akan menyatakan pekerjaan Tuhan yang dahsyat. Penyembahan adalah cara untuk membangun penyatuan denagn Tuhan secara holistik.
Ketika kita sedang menyembah Bapa, sesungguhnya kita sedang menyentuh hadirat-Nya, sama seperti wanita yang sakit pendarahan 12 tahun, menyentuh jumbai jubah Yesus. Menyentuh hadirat-Nya, berarti menyentuh tubuh-Nya. Akibatnya akan ada kuasa yang mengalir sehingga mujizat pun terjadi. Hal ini pun pernah dialami oleh gembala kita, ketika Tuhan menyembuhkannya dari sakit tumor yang tumbuh di pipi beliau, sebagaimana yang telah disaksikannya. Penyembahan adalah ibarat “persetubuhan intim”, seperti hubungan suami-istri, di mana kita menerima impartasi kuasa illahi.
Dalam bahasa Ibrani kata “Sembahyang”, ditulis “peneh yahwe”, yang berarti hubungan yang intim antara anak dengan ayahnya. Jadi, penyembahan bukanlah sekedar upacara keagamaan, melainkan suatu tindakkan ketuhanan yang hakiki, yang tidak dapat digantikan dengan apapun. Penyembahan adalah hubungan spiritual yang utuh. 
Penyembahan dalam Perjanjian Lama, merupakan gambaran dari apa yang ada di Sorga. Dalam Perjanjian Baru, penyembahan yang dilakukan di Sorga, dinyatakan juga di Bumi, yang dilakukan oleh Bapa sendiri melalui korban grafirat yang utuh dan sempurna. Kita hanya melanjutkan pekerjaan Tuhan Yesus, sebagai wujud pribadi penyembahan tersebut. Hal ini dijelaskan dalam ayat di bawah.
“Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk disebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga, dan yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia. Sebab setiap Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan dan karena itu Yesus perlu mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan. Sekirtanya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi imam, karena di sini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat. Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti apa yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia handak mendirikan kemah: ‘ingatlah,’ demikian firman-Nya, ‘bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu.’ Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi.” – Ibrani 8:1-6
Inilah gambaran penyembahan yang sempurna. Ini menunjukkan kekhususan penyembahan di akhir jaman, yaitu menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran. Tidak harus lagi kita menyembah-Nya di Yerusalem atau di gunung, ataupun di gereja, tetapi bisa kita lakukan di mana saja dan kapan saja. Tuhan adalah Roh dan Dia maha hadir karena kasih-Nya dan bukan karena perbuatan kita. Mulai minggu depan, kita akan membahas Tujuh Prinsip Seorang Penyembah, yang akan membawa kita menjadi penyembah yang benar, yang menyembah Bapa dalam roh dan kebenara.

Kamis, 24 November 2011


PENUNDUKAAN DIRI

“Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.” - Lukas 2:51

Pengajaran :
Sebelum kita dapat memegang otoritas, pertama kita harus mempraktekkan penundukkan diri. Allah menginginkan kita untuk semakin naik dan berhasil, tapi tidak secara otomatis. Setiap orang harus melalui perjalanan suatu periode sebelum dipromosikan menjadi pemegang otoritas (Ul 28:13).

Tuhan Yesus adalah teladan yang sangat tepat dalam hal penundukkan diri. Ketika Dia masih sangat muda, Dia dan orang tuanya pergi ke Yerusalem untuk perayaan Paskah. Pada saat perjalanan pulang, Yusuf dan Maria sadar bahwa Yesus tidak ada bersama dengan mereka. Tiga hari kemudian, mereka menemukan anaknya sedang berada di Bait Allah, duduk di antara para guru. Disana, Dia tidak hanya menerima apa yang diajarkan orang-orang yang dianggap memiliki hikmat dan kebijaksanaan tersebut, tetapi juga bertanya jawab dengan mereka.

Diliputi perasaan lega dan sedikit frustasi, Yusuf dan Maria pun memarahi Yesus. Mereka menyuruh-Nya untuk pulang bersama dengan mereka. Walaupun dicatat di dalam Alkitab bahwa Yesus mengatakan bahwa disanalah Dia seharusnya berada, tetapi di ayat selanjutnya ditulis bahwa Dia mengikuti permintaan orangtuanya. Tuhan Yesus tahu dan mengerti benar bahwa penundukkan diri adalah hal pertama sebelum memiliki otoritas.

Hidup di bawah otoritas orang lain adalah hal tersusah dilakukan manusia. Keegoisan dan mengganggap diri lebih hebat dari orang lain adalah dua faktor mengapa kita begitu sulit mempraktikkan penundukkan diri dalam kehidupan sehari-hari.

Alkitab begitu jelas mencatat mengenai akibat ketidaktaatan dan pemberontakan terhadap otoritas. Melalui perantaraan Rasul Paulus, Allah mengatakan bahwa orang yang tidak menghormati pemimpin mereka tidak akan mendapatkan keuntungan di dalam hidupnya.

Apakah hari-hari ini Anda sedang mengalami masalah dengan penundukkan diri baik dengan orang-orang yang ada di rumah, kantor, ataupun gereja Anda? Berdoalah kepada Allah agar Anda diberikan kerendahan hati dan mau dibentuk. Percayalah, dengan kasih karunia-Nya, Anda pasti dapat mempraktekkan hal ini dalam kehidupan anda sehari-hari.

Percayalah Allah pasti menghargai orang-orang yang mau memberikan dirinya tunduk pada otoritas diatasnya.

Renungan:
Bayangkan  bahwa saudara adalah orang yang sudah menerima dan memiliki roh penundukan diri dalam hidup anda.

Tindakkan:
 Marilah kita  terus mempraktekan roh penundukan diri yang telah kita peroleh dari Tuhan, sehingga kita  diberi otoritas dan tanggung jawab  yang lebih besar dan tinggi lagi oleh  Tuhan.  Bagikanlah berkat renungan hari ini kepada mereka yang membutuhkan kebenaran firman Tuhan ini.

Ayat Hapalan:
Bilangan  11:17 Maka Aku akan turun dan berbicara dengan engkau di sana, lalu sebagian dari Roh yang hinggap padamu itu akan Kuambil dan Kutaruh atas mereka, maka mereka bersama-sama dengan engkau akan memikul tanggung jawab atas bangsa itu, jadi tidak usah lagi engkau seorang diri memikulnya.

OTORITAS SEJATI SELALU BERSUMBER DARI TUHAN YESUS

Kamis, 17 November 2011

Mengandalkan Tuhan Dalam Pekerjaan

Mengandalkan Tuhan Dalam Pekerjaan

Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” – Yeremia 17:7

Tetapi sekarang, kuatkanlah hatimu, hai Zerubabel, demikianlah firman TUHAN; kuatkanlah hatimu, hai Yosua bin Yozadak, imam besar; kuatkanlah hatimu, hai segala rakyat negeri, demikianlah firman TUHAN; bekerjalah, sebab Aku ini menyertai kamu, demikianlah firman TUHAN semesta alam.” - Hagai 2:5

Apakah Anda sudah mengandalkan Tuhan dalam setiap pekerjaan?

Renungan:
Apakah penyakit kanker merupakan terminal akhir bagi manusia untuk menuju kematian? Pertanyaan tersebut muncul setiap kali kita mendengar seseorang, keluarga atau kerabat, yang dinyatakan terserang oleh penyakit  kanker. Untuk mengatasi serangan kanker tersebut biasanya dilakukan klimoterapi, radioterapi, imunoterapi, kemudian paling akhir pembedahan terhadap bagian tubuh yang digerogoti oleh penyakit kanker.
Persoalan utama justru terpulang kepada bagaimana seorang dokter memilih obat dan  system pengobatannya. Agar daya tumpasnya jitu, tidak menghamburkan dana, membuang waktu serta membahayakan penderita. Ang Peng Tiam, peneliti penyakit kanker dari Rumah Sakit Mt. Elizabeth, Singapura, berkata, "Di kamar praktek saya terdapat kertas kecil, judulnya Doctor Prayer. Setiap hari, meski sudah sangat hafal, syair tersebut akan selalu saya baca ulang. Sebab saya merasa talenta, sikap profesional berikut apa yang telah dan akan saya lakukan, semuanya berhasil berkat campur tangan Tuhan". Pengalaman dari kamar praktek tersebut menegaskan tentang masih tetap terbukanya kesempatan untuk setiap pasien untuk menerima kesembuhan dari penyakit kanker. Jadi selalu dan masih ada harapan bagi setiap orang yang sungguh-sungguh percaya pada Tuhan Yesus Kristus.
Jadi pekerjaan yang dilakukan oleh setiap kita (termasuk dokter)  bukan hanya untuk menghasilkan uang. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana pekerjaan yang kita lakukan dapat menerbitkan pengharapan bagi semua orang. Karena itu, kita perlu menyadari bahwa pekerjaan yang selalu  melibatkan Tuhan di dalamnya, pasti mampu menyelesaikan banyak hal yang tidak mampu diselesaikan oleh akal manusia.
Meditasi:
Bayangkan  bahwa saudara adalah orang yang selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap pekerjaan yang anda lakukan.
Tindakan:
Marilah kita  tetap mengandalkan Tuhan dalam setiap pekerjaan yang kita kerjakn; baik pekerjaan yang kecil terlebih pekerjaan-pekerjaan yang besar.  Bagikanlah berkat renungan hari ini kepada mereka yang membutuhkan kebenaran firman Tuhan ini.

BERKAT SELALU MENGALIR BAGI SETIAP ORANG YANG MENGANDLKAN TUHAN

Senin, 14 November 2011

Mengatasi Konfrontasi

Mengatasi Konfrontasi
Amsal 15:31-32

Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. – Imamat 19:17

Pengajaran : Apakah anda sudah memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan anda?
 
Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak. Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi.
Dalam membangun hubungan dengan sesama, kita sering kali tidak dapat luput dari konfrontasi. Konfrontasi atau menegur memang sulit dilakukan, sebab bisa mengandung bahaya yaitu: "kehilangan" hubungan dengan orang (sahabat) yang kita tegur. Oleh sebab itulah, banyak orang yang lebih suka memilih untuk menghindari konfrontasi daripada melakukannya.
Bagaimana kita dapat memberikan teguran sehingga kita dapat membangun dan menumbuhkan orang yang kita tegur? Kita perlu belajar untuk menyatakan perasaan hati kita yang dipenuhi dengan kasih Ilahi, bukan dengan hati yang meledak-ledak dengan kemarahan. Sebab teguran yang disampaikan dengan memaki-maki, menyerang dan menjatuhkan biasanya tidak akan efektif bagi kedua belah pihak. Orang yang dimaki-maki atau diserang tidak mungkin mau mendengar, apalagi berubah oleh teguran kita. Akibatnya besar kemungkinan hubungan kita menjadi terputus dengan orang tersebut.
Kita perlu mendengar dari pihak orang yang kita tegur - mengapa ia melakukan tindakan yang tidak kita sukai itu. Tunjukkan bahwa kita adalah teman yang bersedia menolong. Bila orang yang kita tegur memiliki kesan bahwa kita adalah "musuh", ia tidak akan bersedia membuka dirinya.
Sebelum kita menegur seseorang, selidikilah apa tujuan kita. Apakah kita menegur untuk sekedar melampiaskan perasaan dan kemarahan kita? Atau, apakah kita menegur karena kita ingin agar orang yang kita tegur itu bertumbuh? inilah yang menjadi kuncinya yaitu: motivasi kita yang akan menentukan efektif atau tidak teguran yang kita sampaikan. Kalau motivasi kita tidak baik maka tidak baiklah hasilnya, jika motivasi kita baik maka baik pulalah hasilnya. Menegur bukanlah hal yang gampang untuk dikerjakan tapi harus dilakukan untuk membangun orang lain dan juga diri kita sendiri.

Perenungan:
Bayangkan  bahwa saudara adalah orang yang padai dan bijak dalam member tegoran kepada orang lain.

Tindakan:
 Marilah kita  memberi tegoran yang dapat menyejukkan hati dan membangun kehidupan orang lain.  Bagikanlah berkat Renungan hari ini kepada mereka yang membutuhkan kebenaran firman Tuhan ini.

TEGORAN YANG MEMBANGUN SELALU DIDASARI DENGAN KASIH