Entri Populer

Jumat, 20 Januari 2012

KERAJAAN YANG TIDAK TERONCANGKAN Bagian Keempat, Kekeluargaan yang Utuh

KERAJAAN YANG TIDAK TERONCANGKAN
Bagian Keempat, Kekeluargaan yang Utuh

“dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu” – Kolose 3:11

Jika ada dua orang yang selalu bertengkar, maka selau digambarkan seperti anjing dan kucing, karena anjing dan kucing memang tidak pernah akur. Tetapi lain halnya dengan seekor anjing dan kucing yang pernah kami jumpai di Bukit Doa Mazmur 21. Kami menemukan keduanya sedang bermain bersama, bercengkrama. Setelah beberapa saat kemudian, kami tetap menemukan mereka begitu akrab, seakan-akan kehidupan mereka menyatu. Tidak ada lagi perbedaan satu sama lain. Jadi jika anjing dan kucing saja bisa sangat akur, seperti sebuah keluarga, apalagi manusia?
Hal ini memberikan inspirasi bahwa tidak ada kalimat “tidak mnungkin” bagi Allah. Hal yang paling mustahil pun bisa terjadi, jika Tuhan berkenan. Inilah yang dikehendaki Tuhan. Kematain-Nya di kayu salib adalah untuk menyatukan gereja-Nya, tidak ada lagi pemisahan. Gereja akan memanifestasikan Kerajaan-Nya kepada dunia, sehingga orang dapat melihat gambar-Nya, dalam persekutuan gereja Tuhan.
Arti gereja adalah, perekutuan orang-orang yang telah keluar dari sebuah dikotomi, karena dibebaskan dari atribut dan kultur masiang-masing dan bersedia digabungkan dalam kultur Kerajaan Allah, yaitu kasih yang berlandaskan Kebenaran, Damai Sejahtera, Sukacita, Kuasa dan Kelimpahan. Inilah yang mempersatukan gereja. Namun bagi mereka yang bermotivasi ke gereja hanya untuk sekedar beribadah saja, akan sulit bersatu. Mereka merasa bahwa beribadah di hari Minggu, hanyalah merupakan kewajiban dan rutinitas orang kristen saja. Padahal persekutuan yang lebih dalam, sangatlah penting. Itu sebabnya, kita harus bergabug dalam komunitas keluarga Kerajaan Allah. Ketika kita hidup dalam kluarga Kerajaan Allah, berarti kita hidup dalam kasih-Nya, maka apapun yang kita lakukan, menjadi ringan dan mudah.
“Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.” – 1 Yohanes 5:3. Ayat ini memperlihatkn bahwa Kasih dan gereja, adalah satu kesatuan. Demkian juga gereja dan persekutuan. Jadi, jika berbicara tentang gereja, hal ini memperlihatkan kesatuan dalam persekutuan yang berfokus pada Kristus. Jika kita hidup berfokus hanya pada diri sendiri, maka kita telah kehilangan kasih Tuhan. Sebab kita hanya memeprhatikan kepentingan sendiri dan melihat kekurangan dan kesalahan orang lain. Sebaliknya, jika kita berfokus pada Kristus, kita akan mengalirkan kasih, mulai memperhatikan kepentingan orang lain. Persekutuan seperti ini, yang akan menumbuhkan kerinduan untuk membangun hubungan kekeluargaan yang digerakkan kasih persaudaraan dan diikat oleh damai sejahtera Allah.
Ketika gereja hanya berfokus pada ibadah saja, maka yang datang hanyalah mereka yang ingin beribadah saja, tetapi bukan mereka yang mau menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Gereja seharusnya membangun keluarga Allah dan menyatakan Kerajaan-Nya. Sebagiamana yang ditulis dalam ayat ini: “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah.” – Efesus 2:19
Komunitas keluarga Allah akan terbangun, jika kita tidak merasa asing dalam komunitas itu. Inilh yang menjadi karakter kasih-Nya. Setiap kali beribadah, masing-masing memberikan sesuatu untuk membangun hubungan, menjadi satu kesatuan dalam Kristus, seperti yang ditulis dalam 1 Korintus 14:26 (baca dan renungkan).
Jika kita masing-masing mempersembahkan sesuatu dalam persekutuan, akan menciptakan suasana kekeluargaan yang utuh.  Jangan kita puas hanya beribadah pada hari Mingggu saja tanpa terikat pada persekutuan komunitas keluarga Allah. Jika kita tidak tergabung dalam persekutaun komunitas itu, menyebabkan terputusnya saluran kasih Allah. Kasih dan berkat kelimpahan Tuhan, hanya mengalir dalam persekutuan komunitas kasih-Nya, sebagaimana yang ditulis dalam Mazmur 133 (baca dan renungkan).
Sahabat, jangan ijinkan tembok budaya, atau kebiasaan lain, membetengi kehidupan kita untuk berkomunitas. Ketika kita dilahirkan kembali oleh Roh, latar belakang yang sering membentengi kita, telah diruntuhkan oleh Tuhan Yesus (Kolose 3:11). Jangan kita bangun kembali. Ketika Yesus berjumpa dengan wanita Samaria dalam Yohanes 4:9, sesungguhnya Dia sedang meruntuhkan tembok pemisah antara orang Samaria dan orang Yahudi, yang sebelumnya tidak berkomunikasi. Ketika seseorang berjumnpa dengan Yesus, sesungguhnya dia sudah terlepas dari kehidupan lamanya dan masuk dalam komunitas yang baru.
Ada banyak orang yang menciptakan “Injil baru”, yang dapat menghambat pertumbuhan keimanan. Ibdah hanya sekedar aktifitas. Padahal seharusnya dalam persekutuan ada kuasa-Nya. Dalam persekutuan Anak kerajaan, kita harus saling memperlengkapi satu dengan yang lain dan saling menguatkan.
Sudah banyak kesaksian yang dialami oleh mereka yang aktif dan menjadi anggota keluarga Allah. Jika kesaksian itu di tulis, sekiranya halaman ini, tidak akan mampu menampungnya. Anda bisa membaca kesaksian-kesaksian itu dalam Buku “Kerajaan yang tidak tergoncangkan”, karangan  Pdt. Markus Tonny Hidayat, bab 4, halaman 60-61.
“Dan setelah berpikir sebentar, pergilah ia ke rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus. Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa.” – Kisah Para Rasul 12:12. Sahabat, betapa dahsyatnya kuasa yang menjamah, ketika jemaat bersekutu dan berdoa. Doa demikian, akan membuat banyak hal yang tidak mungkin, menjadi mungkin. (YES)

Selasa, 17 Januari 2012

KERAJAAN YANG TIDAK TERONCANGKAN Bagian Ketiga, Perubahan Menjadi Serupa Dengan Yesus

KERAJAAN YANG TIDAK TERONCANGKAN
Bagian Ketiga, Perubahan Menjadi Serupa Dengan Yesus

“Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.” – Kolose 3:9-10

Tahukah Anda bahwa kehidupan manusia bisa berubah-ubah? Ketika perubahan terjadi, terbentuklaah sebuah kebiasaan baru. Sebab itu, diperlukan adanya model untuk menjadi panutan. Jika modelnya baik, maka baik juga perubahanya. Tetapi bagaimana jika modelnya buruk? Inilah yang sering dialami manusia. Oleh sebab itu, setiap orang membutuhkan mentor yng benar, untuk menjadi modelnya dan mengarahkan kepada perubahan hidup yang benar.
Rasul Paulus berkata bahwa manusia harus diperbaharui terus-menerus, hingga menjadi serupa dengan gambar Khaliknya. Hal itu berarti kita harus berubah menjadi serupa dengan gambar Yesus. Itulah gambar kesempurnaan kita. Mentor yang benar, akan mengarahkan kita berubah menjadi seperti Yesus.
Mengapa kita perlu berubah? Sejak Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, manusia telah kehilangana gaambar kesempurnaan dan terasimilasi gambar dunia yang mudah tergoncangkan. Untuk itu, manusia harus segera berubah, kembali kepada gambar Khaliknya, yang sempurna dan tidak tergoncangkan.
Goncangan terjadi karena dosa. Dosa dihapuskan oleh kasih Bapa yang menyerahkan Anak-Nya yang tunggal, sebagai penebus dosa. Ketika kita percaya akan hal ini, dosa kita dihapuskan. Tetapi kebiasaan berbuat dosa yang sudah menyatu dalam kehidupan, harus dimatikan, dengan cara mengalami perubahan terus-menerus sampai kesempurnaan terjadi.
“Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” – Roma 7:22-25
 Apa yang diinginkan manusia, memang baik. Tetapi yang dilakukan, bukanlah hal yang baik. Ini disebabkan karena kebiasaan manusia. Ketika belum bertobat, memiliki kebiasaan berbuat dosa. Ketika sudah bertobat, kebiasaan bebuat dosa, sudah berakar dalam daging. Manusia menyadari akan hal ini, namun tidak memiliki kemampuan untuk mengatasinya dan melepasakan diri dari jeratan kebiasaan berbuat dosa. Inillah yang disebut dengan kebiasaan beebuat dosa telah berasimilasi dengan daging. Sekalipun hukumannya telah dihapus ketika menerima Yesus sebagai Tuhan, namun kebiasaannya perlu dilepaskan dengan cara dibentuk kembali terus-menerus, sampai serupa kembali dengan gambar Khaliknya (Renungkan Kolose 3:1-5).
Itulah sebabnya, kita harus mematikan segala yang tumbuh dalam diri kita, yang berasal dari hukum dosa. Untuk apa kita melakukannya? Bukankah kita telah mati dan bangkit berama Kristus? Kematian yang dimaksudkan dalam Kolose 3:3 ialah kematian manusia lama yang hidup dalam hukum dosa. Memang, segala kutuk dalam hidup kita sudah dicabut. Namun, gaya hidup yang terbentuk akibat hukum dosa, telah menjadi kebiasaan hidup. Untuk itu, sekalipun sudah bertobat, harus dibentuk kembali gaya hidup Kerajaan Allah. Karena itu, kita harus terus-menerus dbaharui sampai terbentuknya suatu kebiasaan baru yang berkenan kepada Tuhan. Dengan demikian, kita harus mempersembahkan tubuh kita, sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa kita harus melakukan suatu usaha, supaya terjadi pemulihan total.
Berdasarkan hal inilah, gereja menerapkan prinsip pemuridan sebagai sarana mentoring, agar anak-anak Kerajaan memiliki gaya hidup Kerajaan Allah. Pemuidan bukan hanya untuk sekedar menambah pengetahuan saja, melainkan pembentukkan otak kiri dan otak kanan kita. Firman Tuhan yang adalah bahan dasar pemuridan, memiliki dua unsur, yaitu pengetahuan dan hikmat. Pengetahuan akan memenuhi kebutuhan atak kiri dan ketika kita menangkap firman Tuhan dengan iman, kita akan menerima hikmat yang akan memenuhi kebutuhan otak kanan, sehingga kedewasaan rohani kita bertumbuh. Kedua unsur inilah yang akan membuat anak-anak Kerajaan dibedakan.
Pola penerapan pemuridan gereja kita, bukan hanya untuk sekedar menambah pengetahuan saja, melainkan untuk kedewasaan kerohanian kita. Pemuridan kita mencakup teori dan praktek. Teori untuk pengetahuan dan praktek untuk otak kanan kita bekerja.  Praktek ini akan membentuk kebiasaan baru, sehingga menstimulasi sikap dan perilaku kita.
Jika kita berada dalam lingkungan yang mempraktekkan hal yang baik, akan mempengaruhi regenerasi sel kita secara genetik. Namun sebaliknya, jika kita berada dalam lingkungan yang kebiasannya berbuat dosa, juga akan mempengaruhi regenerasi sel kita. Karena itu, kita harus mempraktekkan setiap firman yang kita dapatkan dalam pemuridan, sehingga melahikan kebiasaan baru yang positif. Inilah gaya hidup anak Kerajaan.
Ada banyak orang yang sudah mengikuti pemuridan, tetapi mengapa tidak berubah? Jawabannya hanya satu kemungkinan: Pemuridan dijadikan hanya sebatas menerima pengetahuan saja. Sebab, yang membuat kita berubah adalah jika firman yang kita pelajari, juga kita lakukan, sehingga firman itu menjadi hidup dan membentuk kebiasaan baru dalam hidup kita. Akibatnya, iman kita hidup dan bertumbuh. Iman yang hidup, akan mengubah hidup kita dan menjadikan kita kuat menghadapi tantangan dunia. Dengan imanlah, kita mengalahkan dunia, bukan ilmu. Imanlah yang menjadikan kita berubah menyerupai Kristus. (YES)

Senin, 09 Januari 2012

KERAJAAN YANG TIDAK TERONCANGKAN Bagian Kedua,Bergantung Sepenuhnya Kepada Tuhan


KERAJAAN YANG TIDAK TERONCANGKAN
Bagian Kedua,Bergantung Sepenuhnya Kepada Tuhan

Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi” – Kolose 3:2

Setelah kita menerima Kerajaan-Nya, kita harus sepenuhnya bergantung kepada kedaulatan-Nya. Oleh sebab itu, hal utama yang harus kita lakukan aalah menjadikan Dia sebagai fokus utama dalam segala aspek kehidupan kita. Caranya adalah dengan beribadah kepada Allah, menurut cara yang berkenan kepada-Nya seperti kehidupan bangsa Israel dalam Perjanjian Lama. Sebagai bangsa pilihan Allah dan menjadi sebuah kerajaan, hal yang diutamakan bangsa ini sampai saat ini ialah beribadah kepada Allah. Hal ini juga adalah gambaran dalam Perjanjian Baru, dimana Tuhan juga menekankan bahwa Kerajaan Allah, tidak terlepas dari ibadah yang berkenan kepada-Nya..
“Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.” – Ibrani 12:28.
Dalam PL. Ibadah selalu dikaitkan dengan korban persembahan. Bagaimana dengan PB? Sebenarnya, dalam PB juga demikian, tidak berubah. Hanya saja, korban persembahan-nya, sudah digenapi oleh Tuhan Yesus, yang adalah korban persembahan syukur yang sempurna dan tak bercacat cela, melalui pengorbanan-Nya di Golgota. Oleh karena itu, persembahan kita saat ini lebih dititik beratkan kepada penyembahan, disertai dengan ucapan syukur kepada-Nya. Sebuah persembahan yang mengakui, bahwa Dia telah mati dan dibangkitkan kembali oleh Bapa, dan menjadi pengantara pendamaian kita. Ini bisa dilakukan oleh etiap orang percaya, bukan hanya imam saja seperti di PL. Bukankah kita telah dilahirkan kembali dan menerima tugas sebagai imamat yang rajani? Penyembahan dalam PB lebih berbicara mengenai penyembahan perorangan (individu), bukan dalam kelompok. Sekalipun dalam prakteknya, juga bisa dilakukan dalam kelompok. Tapi ini hanya untuk menunjukkan persekutan dalam korporat.
Penyembahan pribadi yang menyukakan hati Tuhan, melibatkan beberapa hal, antara lain, mempersembahkan tubuh yang kudus, sebagai persembahan ibadah yang sejati, sebagaimana yang ditulis dalam Roma 12:1, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Artinya, katika kita berkata bahwa kita adalah imam penyembah, tentulah bukan lagi diri kita sendiri yang hidup, melainkan kehidupan Kristus yang semakin nyata dalam diri kita.
Ada seorang remaja, setelah bertobat, dipulihkan dan menjadi ciptaan baru, dia hidup dalam panggilan Tuhan, yaitu sebagai pelayan bagi mereka yang mengalami gangguan jiwa. Dia melayani mereka seperti mengasuh anak kecil. Cacian, makian dan pukulan, sudah menjadi bagian hidupnya. Sekalipun tidak digaji, dia tetap melakukan panggillan itu. Hidupnya tidak berpusat pada “apa yang aku mau”, tetapi kepada “apa yang Tuhan mau’. Ini adalah sebuah penyembahan dalam ibadah yang sejati. Seringkali, kemauan Tuhan bertolakbelakang dengan kemauan kta. Yang penting adalah kita mau melakukan kehendak-Nya, sebagai persembahan tubuh yang kudus dan tidak bercacat cela.
Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: ‘Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi’.” – Matius 28:17-18. Ketika para murid menyembah, Tuhan mendekat dan menyampaikan firman-Nya. Ini berarti, penyembahan membuat kita menyatu dengan Tuhan  dan menerima pewahyuan dan kuasa dari Tuhan.Inilah yang menyebabkan penyembahan dalam PB menjadi kuat, karena manifestasi kuasa-Nya.
Gereja akhir zaman harus menyadari bahwa kuasa Tuhan kan diterima oleh gereja, ketika gereja membangun hubungan intim dengan Tuhannya, seperti yang dilakukan para murid gereja mula-mula sehingga kita melihat betapa dahsyatnya mujzat pada masa itu. Dalam penyembahan, sesungguhnya kita sedang menyatu dengan Tuhan dan  mengalami mujizat, sebagaimana seorang wanita yang disembuhkan dari sakit pendarahan. Ketika kita menyatu dengan-Nya, berarti kita sedang menerima impartasi kuasa-Nya. Kuasa itu untuk memperlengkapi kita melakukan pelayanan dan menjalankan perintah-Nya. Kuasa yang sama juga bekerja dalam diri kita dan mengerjakan apa yang menjadi kebutuhan kita.
Di taman Getsemani, Tuhan Yesus memberikan sebuah pengajaran penting kepada kita. Dia berkata, “Tidak sanggupkah kita berjaga-jaga dan berdoa satu jam saja? Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bersekutu dengan-Nya, dalam penyembahan. Kita akan menerima kuasa-Nya, supaya kita kuatdalam menghadapi setiap tantangan kehidupan. Ketika wanita yang sakit pendarahan, menyentuh jumbai jubah-Nya, dia langung mengalami kesembuhan. Sebenarnya bukanlah sentuhan wanita itu pada jumbai jubah Tuhan Yesus, yang menyembuhkannya, melainkan ketika dia menyentuh jumbai jubah-Nya dengan iman, ada tenaga (kuasa) yang keluar dari Yesus, dan menyembuhkan wanita itu (renungkan Markus 5:28-30). Jumbai jubah, hanya sebuah media, jangan kita jadikan sebagai pusat penyembahan. Pribadi Yesuslah pusat penyembahan kita. Untuk itulah kita perlu belajar tentang penyembahan yang benar, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam pembahsan intisari buku Breaktrough Worship (Terobosan Penyembahan) dan Tujuh Prinsip Penyembahan. Diminta agar setiap leader dan anggota kamit merenungkan kembali artikel tentang intisari kedua buku tersebut, sebagaimana yang pernah dimuat dalam Psalm 21 News.
Singkatnya, penyembahan harus membawa kita untuk mengalami hal-hal di bawah ini, supaya kita mengalami pertumbuhan iman yang sehat. Sehingga iman yang sehat itu membawa kita ke dalam suatu hubungan yang intim dengan Tuhan. Hal-hal itu ialah:
1.      1. Mengalami transformasi diri yang berkesinambungan atau terus-menerus.
Sampai kita menjadi serupa dengan Tuhan.
2.    2.  Mengalami pertumbuhan Roh Iman yang militan, dengan keberanian seperti seorang pahlawan.
Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis: "Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata", maka kami juga percaya dan sebab itu kami juga berkata-kata.” – 2 Korintus 4:13
3.     3. Mengalami kepekaan dengan kehadiran Tuhan dalam hidup.
Dalam setiap langkah, selalu merasakan kehadiran-Nya.
4.    4.  Mengalami kepekaan dengan suara Tuhan. (YES)

Minggu, 08 Januari 2012

KERAJAAN YANG TIDAK TERONCANGKAN Bagian Pertama, Kemerdekaan yang Utuh

KERAJAAN YANG TIDAK TERONCANGKAN
Bagian Pertama, Kemerdekaan yang Utuh

Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah” – Kolose 3:1

Jika kita telah bangkit bersama Kristus, maka kita juga telah lebih dahulu mati bersama Kristus. Tidak ada kebangkitan, tanpa kematian. Ketika kita dibangkitkan kembali bersama Yesus, maka sesungguhnya kita telah mengenakan manusia baru, yaitu manusia yang serupa dengan kebangkitan-Nya. Manusia lama, sudah dimatikan bersama Kristus.
Mengapa kita perlu dibangkitkan kembali bersama Kriustus dan mengenakan manusia baru, yang serupa dengan Yesus? Karena, pada mulanya, Tuhan menciptakan manusia serupa dengan gambar-Nya, menerima kepenuhan roh-Nya, dan berkuasa atas segala ciptaan-Nya. Sebuah pribadi yang sempurna, mampu mengerjakan segala sesuatu yang difirmankan-Nya, seorang pemimpin dalam Kerajaan-Nya dan diperlengkapi dengan seluruh kekayaan yang tersedia di darat, laut dan udara. Dahsyat! 
Suatu kehidupan yang luar biasa dan disertai dengan fasilitas hidup yang sangat memadai.Tuhan juga menyediakan pasangan hidup yang sepadan bagi manusia pertama itu, untuk membentuk sebuah kehidupan keluarga sorgawi. Manusia juga diperlengkapi dengan kuasa otoritas atas binatang. Semua jenis binatang, tunduk dan bersahabat dengan manusia. Nyamuk tidak menyebarkan virus demam berdarah, babi tidak menyebarkan virus penyebab flu babi, dan burung juga tidak menyebarkan virus penyebab flu burung.
Tetapi keadaannya sekarang, justrus kebalikannya! Apa Alktab salah? Atau sudah berubah? Tentu tidak! Penyebab semuanya adalah dosa. Dosa mulai masuk ke dalam kehidupan manusia dan dunia ini, sejak manusia tidak taat dan melanggar firman Tuhan. Setelah dosa masuk, segalanya menjadi serba sulit, seakan-akan Tuhan tidak lagi memperdulikan umat ciptaan-Nya, seperti yang dikatakan dalam Kejadian 3:23 (bacakan).
tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” – Yesaya 59:2. Kejahatan manusia sendiri, yang menghalangi manusia menerima pertolongan Tuhan. Akibatnya terjadilah, “Bumi cemar karena penduduknya, sebab mereka melanggar undang-undang, mengubah ketetapan dan mengingkari perjanjian abadi.” – Yesaya 24:5.
Manusia telah kehilangan gambar dirinya, yang ada hanya kegoisan, sehingga menghalalkan segala cara untuk mengejar identitas yang semu dan bersifat penampilan. Karena sifat manusia ini, maka kegoncangan terjadi dimana-mana, dalam setiap segi kehidupan. Mulai dari keluarga, usaha, ekonomi, sosial, politik, budaya dan keamanan. Gempa bumi, banjir dan bencana-bencana lainnya, terus terjadi silih berganti. Sebagian besar ialah akibat ulah manusia. Tetapi masih ada jalan keluarnya dari Tuhan. Dia menawarkan untuk tinggal dalam Kerajaan-Nya yang tidak tergoncangkan (baca Ibrani 12:26-28).
Kerajaan yang tidak tergoncangkan adalah Kerajaan yang dibangun Allah sendiri, yang disebut Kerajaan Allah. Apa itu Kerajaan Allah? Suatu pemerintahan yang dipimpin langsung oleh Allah sendiri, dimana hal itu telah diproklamasikan melalui kematian-Nya dikayu salib dan kebangkitan-Nya, sehingga segala tuntutan hukum dosa, telah dibayar lunas oleh darah-Nya. Dengan kebangkitan-Nya, Dia telah memerdekakan dunia ini dan menjadikannya sebagai Kerajaan-Nya yang kekal. Oleh sebab itu, kita dipindahkan dari kerajaan kegelapan, ke dalam Kerajaan Allah (baca Kolose 1:13).
Inilah alasan mengapa Yesus harus mati dan bangkit kembali. Dengan kemurahan-Nya, Dia menawarkan suatu Kerajaan, yang tidak dapat dibangun oleh tangan manusia. Dalam Kerajaan-Nya, kita menemukan dan menerima janji-janji Bapa, hidup dalam kebenaran, damai sejahtera, sukacita, kuasa dan kelimpahan, betapa bahagianya.
Sgala sesuatu tidak membutuhkan perjuangan berat, karena sudah disediakan oleh Raja di atas segala raja. Oleh-Nya, kita disebut lebih dari pemenang. Sebuah Kerajaan yang bebas dari dosa. Faktor inilah yang membuat kita memiliki pengharapan baru, dalam Kerajaan-Nya yang tidak tergoncangkan.
Ketika kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, maka hukum dosa yang telah diwariskan kepada kita, telah ditanggung oleh-Nya. Sehinga kita mewariskan kekudusan-Nya. Goncangan yang terjadi, tidak akan bisa masuk ke wilayah kekudusan. Inilah yang menjadikan kita aman, dalam lindungan kekudusan-Nya. Contohnya, dapat kita lihat pada peristiwa Paskah di jaman Musa. Ketika itu, Tuhan menulahi bangsa Mesir dan bangsa Israel yang tinggal berdampngan dengan Mesir, tidak terkena tulah itu. Mengapa? Bangsa Israel telah dikuduskan oleh darah anak domba PerjanjianTuhan, sehingga menjadi Kerajaan yang kudus.
Ini menggambarkan apa yang terjadi di jaman Perjanjian baru, sampai sekarang ini. Darah Anak Domba Allah telah menebus hukuman atas dosa manusia. Oleh anugrah-Nya, ketika kita percaya dan mengakui-Nya, maka kita dimerdekakan dari dosa dan menjadi warga Kerajaan Allah yang kudus. Kita menerima hukum Perjanjian Baru, yaitu Hukum Kasih Karunia. Akibatnya, seluruh aspek kehidupan kita, dipulihkan kembali.
Sasaran kita bukanlah kekayaan, tetapi rancangan-Nya bagi kita. Jika kita bisa kaya, sehat, bahagia, ini bukan keinginan kita, melainkan rancangan Tuhan atas kita. Jadi bagaimanakah caranya kita bisa masuk dan tinggal dalam Kerajaan-Nya? Roma 10:10 berkata, “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan,” dan Matius 12:28, “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” Caranya ialah: percaya dalam hati, mengaku dengan mulut, dilepaskan dari ikatan kegelapan, maka Kerajaan-Nya dinyatakan dalam kehidupan kita. Ketiganya adalah hal prinsip untuk masuk dan tinggal dalam Kerajaan Allah, yang tidak tergoncangkan. (YES)



Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah” – Kolose 3:1

Jika kita telah bangkit bersama Kristus, maka kita juga telah lebih dahulu mati bersama Kristus. Tidak ada kebangkitan, tanpa kematian. Ketika kita dibangkitkan kembali bersama Yesus, maka sesungguhnya kita telah mengenakan manusia baru, yaitu manusia yang serupa dengan kebangkitan-Nya. Manusia lama, sudah dimatikan bersama Kristus.
Mengapa kita perlu dibangkitkan kembali bersama Kriustus dan mengenakan manusia baru, yang serupa dengan Yesus? Karena, pada mulanya, Tuhan menciptakan manusia serupa dengan gambar-Nya, menerima kepenuhan roh-Nya, dan berkuasa atas segala ciptaan-Nya. Sebuah pribadi yang sempurna, mampu mengerjakan segala sesuatu yang difirmankan-Nya, seorang pemimpin dalam Kerajaan-Nya dan diperlengkapi dengan seluruh kekayaan yang tersedia di darat, laut dan udara. Dahsyat! 
Suatu kehidupan yang luar biasa dan disertai dengan fasilitas hidup yang sangat memadai.Tuhan juga menyediakan pasangan hidup yang sepadan bagi manusia pertama itu, untuk membentuk sebuah kehidupan keluarga sorgawi. Manusia juga diperlengkapi dengan kuasa otoritas atas binatang. Semua jenis binatang, tunduk dan bersahabat dengan manusia. Nyamuk tidak menyebarkan virus demam berdarah, babi tidak menyebarkan virus penyebab flu babi, dan burung juga tidak menyebarkan virus penyebab flu burung.
Tetapi keadaannya sekarang, justrus kebalikannya! Apa Alktab salah? Atau sudah berubah? Tentu tidak! Penyebab semuanya adalah dosa. Dosa mulai masuk ke dalam kehidupan manusia dan dunia ini, sejak manusia tidak taat dan melanggar firman Tuhan. Setelah dosa masuk, segalanya menjadi serba sulit, seakan-akan Tuhan tidak lagi memperdulikan umat ciptaan-Nya, seperti yang dikatakan dalam Kejadian 3:23 (bacakan).
tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” – Yesaya 59:2. Kejahatan manusia sendiri, yang menghalangi manusia menerima pertolongan Tuhan. Akibatnya terjadilah, “Bumi cemar karena penduduknya, sebab mereka melanggar undang-undang, mengubah ketetapan dan mengingkari perjanjian abadi.” – Yesaya 24:5.
Manusia telah kehilangan gambar dirinya, yang ada hanya kegoisan, sehingga menghalalkan segala cara untuk mengejar identitas yang semu dan bersifat penampilan. Karena sifat manusia ini, maka kegoncangan terjadi dimana-mana, dalam setiap segi kehidupan. Mulai dari keluarga, usaha, ekonomi, sosial, politik, budaya dan keamanan. Gempa bumi, banjir dan bencana-bencana lainnya, terus terjadi silih berganti. Sebagian besar ialah akibat ulah manusia. Tetapi masih ada jalan keluarnya dari Tuhan. Dia menawarkan untuk tinggal dalam Kerajaan-Nya yang tidak tergoncangkan (baca Ibrani 12:26-28).
Kerajaan yang tidak tergoncangkan adalah Kerajaan yang dibangun Allah sendiri, yang disebut Kerajaan Allah. Apa itu Kerajaan Allah? Suatu pemerintahan yang dipimpin langsung oleh Allah sendiri, dimana hal itu telah diproklamasikan melalui kematian-Nya dikayu salib dan kebangkitan-Nya, sehingga segala tuntutan hukum dosa, telah dibayar lunas oleh darah-Nya. Dengan kebangkitan-Nya, Dia telah memerdekakan dunia ini dan menjadikannya sebagai Kerajaan-Nya yang kekal. Oleh sebab itu, kita dipindahkan dari kerajaan kegelapan, ke dalam Kerajaan Allah (baca Kolose 1:13).
Inilah alasan mengapa Yesus harus mati dan bangkit kembali. Dengan kemurahan-Nya, Dia menawarkan suatu Kerajaan, yang tidak dapat dibangun oleh tangan manusia. Dalam Kerajaan-Nya, kita menemukan dan menerima janji-janji Bapa, hidup dalam kebenaran, damai sejahtera, sukacita, kuasa dan kelimpahan, betapa bahagianya.
Sgala sesuatu tidak membutuhkan perjuangan berat, karena sudah disediakan oleh Raja di atas segala raja. Oleh-Nya, kita disebut lebih dari pemenang. Sebuah Kerajaan yang bebas dari dosa. Faktor inilah yang membuat kita memiliki pengharapan baru, dalam Kerajaan-Nya yang tidak tergoncangkan.
Ketika kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, maka hukum dosa yang telah diwariskan kepada kita, telah ditanggung oleh-Nya. Sehinga kita mewariskan kekudusan-Nya. Goncangan yang terjadi, tidak akan bisa masuk ke wilayah kekudusan. Inilah yang menjadikan kita aman, dalam lindungan kekudusan-Nya. Contohnya, dapat kita lihat pada peristiwa Paskah di jaman Musa. Ketika itu, Tuhan menulahi bangsa Mesir dan bangsa Israel yang tinggal berdampngan dengan Mesir, tidak terkena tulah itu. Mengapa? Bangsa Israel telah dikuduskan oleh darah anak domba PerjanjianTuhan, sehingga menjadi Kerajaan yang kudus.
Ini menggambarkan apa yang terjadi di jaman Perjanjian baru, sampai sekarang ini. Darah Anak Domba Allah telah menebus hukuman atas dosa manusia. Oleh anugrah-Nya, ketika kita percaya dan mengakui-Nya, maka kita dimerdekakan dari dosa dan menjadi warga Kerajaan Allah yang kudus. Kita menerima hukum Perjanjian Baru, yaitu Hukum Kasih Karunia. Akibatnya, seluruh aspek kehidupan kita, dipulihkan kembali.
Sasaran kita bukanlah kekayaan, tetapi rancangan-Nya bagi kita. Jika kita bisa kaya, sehat, bahagia, ini bukan keinginan kita, melainkan rancangan Tuhan atas kita. Jadi bagaimanakah caranya kita bisa masuk dan tinggal dalam Kerajaan-Nya? Roma 10:10 berkata, “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan,” dan Matius 12:28, “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” Caranya ialah: percaya dalam hati, mengaku dengan mulut, dilepaskan dari ikatan kegelapan, maka Kerajaan-Nya dinyatakan dalam kehidupan kita. Ketiganya adalah hal prinsip untuk masuk dan tinggal dalam Kerajaan Allah, yang tidak tergoncangkan. (YES)


Jumat, 06 Januari 2012

KERAJAAN YANG TIDAK TERONCANGKAN Pendahuluan

KERAJAAN YANG TIDAK TERONCANGKAN
Pendahuluan

Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah” – Kolose 3:1

Jika kita telah bangkit bersama Kristus, maka kita juga telah lebih dahulu mati bersama Kristus. Tidak ada kebangkitan, tanpa kematian. Ketika kita dibangkitkan kembali bersama Yesus, maka sesungguhnya kita telah mengenakan manusia baru, yaitu manusia yang serupa dengan kebangkitan-Nya. Manusia lama, sudah dimatikan bersama Kristus.
Mengapa kta perlu dibangkitkan kembali bersama Kriustus dan mengenakan manusia baru, yang serupa dengan Yesus?
Jika kita amati ayat ini, dapat disimpulkan bahwa akan ada satu masa, di mana Tuhan sendiri akan berperkara dengan umat-Nya. Penegasannya kepada kita semua adalah SAAT INILAH MASANYA! Tujuan Tuhan mengadakan kegoncangan dunia adalah untuk suatu penyaringan. Dia sedang menyaring generasi ini dan mempersiapkan suatu generasi yang tangguh, generasi yang perkasa (the Valiant Generation), yang tidak tergoncangkan, yaitu generasi anak-anak Kerajaan yang mewarisi Kerajaan-Nya.
Inilah yang dimaksudkan Tuhan, ketika Dia berbicara kepada Petrus dalam kitab Injil Matius 16:18, yang berbunyi, “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”
Semakin kita mendekati penghujung dari akhir zaman, firman Tuhan ini, akan semakin dinyatakan sebagai firman yang, Ya dan amin!” Tidak ada jalan lain lagi untuk terhindar dan menghindar dari goncangan-goncangan ini, karena Tuhan sendiri yang melakukannya. Supaya melalui kegoncangan ini, ada sesuatu yang mulia, yang dihasilkan. Sebagaimana emas, akan semakin murni dan inda, jika melalui proses pembakaran dan pembentukan.
Goncangan yang pernah melanda negeri kita, seperti di Aceh, Tasikmalaya, Padang, Papua, Mentawai dan meletusnya gunung Merapi, dan bencana-bencana lainnya, termasuk juga bencana banjir yang sering terjadi, semuanya terjadi sejalan dengan nubuatan Tuhan. Yang menjadi pertanyaannya ialah, “Apakah anak-anak Kerajaan, yang tinggal dalam Kerajaan Allah, juga menghadapi goncangan itu?” Jawabannya : “Tentu tidak!” Oleh sebab itu, tinggalah dalam Kerajaan yang tidak tergoncangkan itu!
Segala sesuatu yang dinubuatkan dalam Alkitab di masa lalu, sedang digenapi hari-hari ini dan sejarah membuktikannya. Mulai saat ini, kita akan membahas perihal apa saja yang perlu dipersiapkan, supaya kita dapat tinggal dalam Kerajaan Allah yang tidak tergoncangkan itu! Mengingat pentingnya hal ini dan untuk mempersiapkan jemaat Tuhan untuk menghadapi tahun 2012, sebagai tahun “Hidup oleh Iman” (2012 ”Live by Faith”), maka saya, mengangkat intisari dari buku “Kerajaan yang Tidak Tergoncangkan”, tulisan Pdt. Markus Tonny Hidayat, sebagai bahan sharing kita. Untuk itu, alangkah baiknya jika Anda juga memiliki bukunya, yang dapat diperoleh di Pslm 21 Book Store, Pontianak. Anda dapat memesannya melalui e-mail gereja@salm21successful.com, atau telepon langsung (0561)740378 dengan Sdri. Reda, setiap hari Selasa-Jumat pk. 09.00-16.00 dan Sabtu pk.09.00-12.00.
Poin-poin yang akan kita bahas, antara lain:
1.     Kemerdekaan yang utuh.
2.     Bergantung sepenuhnya kepada Tuhan
3.     Perubahan menjadi serupa dengan Yesus
4.     Kekeluargaan yang utuh
5.     Pemberdayaan dalam keluarga

Kami semua berdoa, biarlah pembahasan ini, akan membuka wawasan spiritual kita dan kebenaran-Nya memerdekakan kita, dari selubung yang menutupi kita selama ini, yang menyebabkan kita tidak dapat melihat kemuliaan-Nya. Selamat untuk mengalami dan tinggal dalam Kerajaan Allah, yang tidak tergoncangkan! (YES)