Exclusive Interview with Herpiyanto, Direktur Utama PT. Hosanna Utama,
Pontianak
KETUNDUKAN & KERENDAHAN HATI
BERBUAH KESUKSESAN!
“Demikian jugalah
kamu, hai orang-orang muda, tunduklah
kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah
menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."
– 1 Petrus 5:5
Sahabat, ayat di atas mengingatkan kita
bahwa Tuhan sangat menyukai ketundukkan dan kerendahan hati. Orang yang memilki
kedua karakter di atas, akan menyukakan hati-Nya. Dengan kedua karakter ini,
seseorang akan membangun kehidupannya, yang berbuah kesuksesan!
Inilah yang dialami Herpiyanto (27),
seorang muda yang sukses dalam kehidupannya. Dalam usia yang masih muda, telah
menjabat sebagai Direktur Utama sebuah perusahaan property yang maju, di
Pontianak. Tetapi posisi dan keadaan seperti ini, dicapainya dengan suatu
perjuangan berat, bersama Tuhan, dan istrinya.
Bagaimana seorang muda, berasal dari
kampung Kubu, dari latar belakang keluarga yang kurang harmonis, dan kurang
berpendidikan, tetapi bisa bangkit dari keterpurukannya, menuju ke dalam
kehidupan yang diberkati.
Pada kesempatan ini, saya berkesempatan
untuk mewawancarai, bapak muda berpenampilan sederhana ini, dlam sebuah
wawancara eksklusif, selesai ibadah doa, di gedung Graha Mazmur 21, Pontianak.
Wawancara ini, telah dikemas sedemikian rupa, untuk menjadi berkat bagi para
pembaca. Temukan juga 7 Kiat sukses, yang sudah dipraktekkannya dan teruji
kedahsyatannya. Silahkan membaca.....
YAKOBUS EDY SUSANTO
(YES) : Bagaimana latar belakang kehidupan Anda?
HERPIYANTO
(HERPY) :
Saya lahir di sebuah kampung kecil yang bernama desa Sungai Palas,
27 tahun lampau. Saat ini, kampung itu sudah tidak ada lagi. Bahkan namanya juga
tidak tertera di peta, karena kampung itu sudah hancur dan ditinggalkan
penduduknya. Saat ini, hanya tinggal sebatang pohon kelapa yang masih ada di
situ. Saya masih sempat lewat dii situ, beberapa waktu lalu.
Kemudian, pada usia 2 tahun, kami sekeluarga pindah ke sebuah
kampung kecil di daerah pedalaman, Kecamatan Kubu, yang nota bene cukup
terisolasi dari dunia luar, sehingga jauh dari fasilitas-fasilitas kehidupan.
Baik fasilitas untuk belajar, maupun pengembangan diri, sangat kurang. Karena
sulitnya bersekolah, maka dari segi pendidikan pun, saya sangat kurang. Di sana
tidak ada Sekolah Mengengah Pertama (SMP). Jadi kebanyakan penduduk hanya
bersekolah sampai Sekolah Dasar (SD) saja. Akhirnya setelah ada yang lulus SD
dan tidak bisa melanjutkan lagi karena tidak adanya SMP, maka didirikan juga
sebuah SMP “seadanya”, yang didukung oleh beberapa guru, yang mengajar di SD
sebelumnya. Hidup kami di kampung yang agak terisolasi, membuat kami hidup
dengan keterbatasan. Dengan minimnya pendidikan, membuat wawasan dan
pengetahuan kami juga kurang.
YES : Bagaimana
kondisi keluarga (orang tua) saat itu?
HERPY:
Papa saya memiliki tiga istri. Saya adalah anak dari istri termuda
(ketiga). Dari mama, papa mendapat 2 anak, selain saya, masih ada kakak. Karena
papa memiliki 3 istri, maka kasih dan perhatiannya pun terbagi-bagi. Dari
kecil, saya dididik dengan keras, dalam kondisi orang tua yang belum mengerti
tentang bagaimana seharusnya mendidik anak dengan caranya Tuhan, karena orang
tua belum bertobat. Ketika itu. Jika kami berbuat salah dalam perkataan atau
perbuatan, kesalahan dalam bekerja, menjatuhkan barang, akan langsung dihajar.
Saya memiliki hubungan yang tidak baik dengan orang tua (terutama
papa). Dari kecil, sampai ketika saya sudah mengerti tentang kehidupan (sekitar
usia 10 tahun), relasi dengan orang tua, tetap tidak baik. Begitu buruknya
komunikasi kami, sampai mau berbicara dengan orang tua saja sangat susah. Jadi
hanya bicara seperlunya saja. Lebih dari itu, tidak bisa. Mau bertanya akan
sesuatu pun tidak berani, karena takut dimarahi. Suasana ini membuat kami tidak
tenang, tidak ada damai rasanya.
Sehari-harinya, kami tidak bisa hanya berdiam di rumah saja, harus
bekerja. Jika kami tidak bekerja, pasti kena marah. Segala pekerjaan yang kami
lakukan pun, hanya karena kami takut saja, bukan karena kerelaan.
YES : Ketika
beranjak remaja, apakah masih mengalamai hal yang sama?
HERPY:
Masih. Beranjak remaja, karena merasakan kurangnya kasih dan
perhatian dalam keluarga selayaknya anak, saya mulai mencari kasih dan
perhatian dari luar. Selain fasilitas pendidikan yang minim, kami juga dilarang
bersekolah. Jadi kami bersekolah hanya sampai SMP saja. Pendidikan yang kami peroleh,
sangat rendah. Orang tua lebih mementingkan kami bekerja daripada bersekolah. Saya
diminta untuk bekerja dan melanjutkan usaha orang tua. Padahal saya tidak mau.
Saya tetap ingin bersekolah. Tetapi karena takut, saya tetap mengikuti kemauan
papa, berhanti sekolah dan bekerja.
YES : Anda
mengalami kurangnya kasih dan perhatian keluarga, bagaimana solusi yang Anda
lakukan waktu itu, untuk memenuhi kebutuhan ini?
HERPY :
Saya mulai “berpetualang” di luar, mencari kasih dan perhatian.
Saya mulai berpacaran dengan sembarangan. Yang penting sama-sama suka, ya
sudah, jalan. Hidup saya penuh dengan kegelapan. Saya mulai merokok dan jatuh
dalam perjudian. Bahkan orang tua pun mendukung saya untuk berjudi, karena
kalau menang akan dapat uang.
Ketika masa remaja pun, saya mulai berani memberontak dan melawan
orang tua. Walaupun demikian, saya tetap masih merasa takut jika ketahuan
berbuat salah dan berpacaran, tetapi berjudi tidak dilarang. Akhirnya, saya
berpacaran diam-diam, backstreet
(jalan belakang) istilahnya. Karena berpacaran sembarangan, saya jatuh dalam
dosa yang lebih parah lagi, seks bebas.
YES : Apakah
hal-hal yang Anda lakukan waktu itu, bisa menjadi solusi untuk mendapatkan kasih
dan perhatian?
HERPY :
Hanya sesaat saja, setelah itu kembali lagi seperti ini. Dari hari
ke hari, kehidupan kami masih berantakkan, seakan-akan tidak ada lagi
pengharapan. Hingga suatu ketika, terjadi konflik keluarga. Mama menuntut suatu
keputusan dari Papa. Mama minta agar Papa tidak lagi men-support keuangan untuk anak-anak dari istri keduanya, karena
anak-anak itu, sudah beranjak dewasa dan sudah bisa bekerja mencukupi kebutuhan
mereka. Persoalannya selama ini. Bukan hanya papa saja yang bekerja mencari
uang, tetapi saya dan mama juga. Tetapi hasilnya banyak diberikan kepada
anak-anak dari istri kedua itu.
Papa diminta untuk memilih. Masih men-support keuangan mereka, atau kami pergi. Saya yakin, sebenarnya
ini juga keputusan yang sulit untuk Papa. Tetapi Papa tetap men-support keuangan istri keduanya.
Akhirnya mama dan saya yang keluar. Ketika itu, kakak saya sudah menikah. Jadi mama
dan saya pindah ke Surabaya. Sebelum berangkat, kami diantar oleh abang saya
dari istri pertama Papa, yaitu Bp. Ayub (pernah diwawancarai oleh redaksi dalam
Exclusive Interview Psalm 21 Magazine edisi Paskah 2011 -
red). Sambil mengantar, abang saya yang sudah bertobat itu bersaksi tentang
pertobatannya. Tetapi kami belum meresponi.
Sekitar satu bulan kami tinggal di sana. Entah mengapa, kami
merasa tidak betah di sana. Padahal famili yang menanggung kami cukup mapan dan
baik. Akhirnya kami kembali lagi ke Pontianak, dijemput dan tinggal serumah
dengan abang saya tadi. Ketika itu, usia saya sekitar 17-18 tahun. Abang saya,
Bp. Ayub itulah yang pertama kaili membawa saya ke gereja Psalm 21. Itu terjadi
sekitar bulan Juni 2004. Saat itu, ibadah masih berlangsung di gedung Graha Air
Kehidupan, jl. H. Abbas 1 no. 52
(sekarang menjadi kantor Psalm 21).
YES: Jadi sejak
itu, Anda tinggal dengan abang dan mulai beribadah di Psalm 21?
HERPY:
Ya. Saya pertama kali datang beribadah, di Ibadah Doa (Sekarang
disebut Winner Fellowship). Ketika itu, ibadah doa dilaksanakan pada setiap
hari Kamis, pk. 18.00. Saya disambut oleh Ibu Ernawati. Setelah berkenalan,
saya duduk di barisan pinggir. Ketika saya masuk ke ruang ibadah, masih berdiri
di depan pintu, saya sudah merasakan sesuatu yang berbeda. Saat itu, saya masih
belum mengerti mengenai hal yang saya rasakan itu. Saya merasakan, seperti ada
suatu ketenangan dan kedamaian yang belum pernah saya rasakan sebelumnya.
YES : Bagaimana selanjutnya?
HERPY :
Sejak pengalaman
itu, saya merasakan suatu kerinduan yang amat sangat untuk beribadah. Pada hari
Minggu-nya, sekalipun saya belum diajak unuk beribadah (mungkin abang saya
lupa), tetapi saya mau beribadah karena dorongan kerinduan yang kuat itu. Sejak
itu, saya aktiif beribadah di Psalm 21 Successful Community atau yang biasa
kita sebut juga Gereja sungai Yordan.
YES: Setelah aktif beribadah, kegiatan
rohani apa yang Anda ikuti selanjutnya?
HERPY:
Setelah itu,
saya langsung mengikuti SHDR (Seminar Hidup Baru dalam Roh / sekarang di sebut
Kingdom Gathering). Dalam seminar itulah, saya sungguh-sungguh mengalami
pemulihan. Saya sungguh sudah merasakan jamahan Tuhan yang luar biasa. Apalagi
pada saat pelepasan dari kuasa jahat, seakan-akan sekujur tubuh sakit semua. Saat
menerima baptisan Roh Kudus, saya merasa benar-benar “plong” lega.
Sejak
pengalaman spiritual yang supranatural itu, saya benar-benar mengalami
pemulihan. Rupanya di sinilah solusi dan jawaban dari kebutuhan akan kasih dan
perhatian, yang selama ini saya cari. Sejak selesai mengikuti seminar itu, saya
semakin rindu beribadah. Saya selalu berusaha untuk tidak absen di Ibadah Raya
Minggu, sampai saat ini. Hanya satu kali saja saya tidak beribadah, karena hari
itu, saya mengantar para “artis” drama kita untuk shooting di Singkawang. Tapi Itupun saya masih menyempatkan diri
beribadah di Gereja Sungai Yordan Singkawang. Jika berada di luar kota pada
hari Minggu, saya pasti akan mencari gereja setempat untuk beribadah.
YES : Bagaimana dengan dampak dalam ekonomi
dan pekerjaan, setelah Anda aktif beribadah?
HERPY:
Walaupun
saya sudah dipulihkan, tetapi masih ada pergumulan yang saya hadapi, terutama
masalah ekonomi, karena saya nganggur. Sebelum saya bertobat, saya masih tingal
di Kampung. Pekerjaan saya hanya membantu usaha orang tua. Ketika di Pontianak,
saya bingung mau bekerja apa. Tidak memiiki modal, pemdidikan pun
pas-pasan saja. Saya memang lulus SMP,
tetapi ketika bersekolah, guru-guru sering tidak masuk.
Karena tidak
ada pekerjaan, sudah jelas tidak memiiki uang. Untuk makan sehari-hari saja
sulit. Setiap hari, saya dan abang saya, pak Ayub, bangun subuh Pk. 04.00. Lalu
kami berdoa, sampai pk. 06.00 pagi. Setelah itu, saya berangkat ke sekitar jl.
A.Yani II. Tujuannya bukan untuk olah raga, tapi mencari kangkung dan genjer
yang tumbuh liar, untuk dijadikan lauk. Setiap hari, kami menikmati cah kangkung
dan genjer gratisan itu. Kalau mau beli, tidak ada uang. Tapi, puji Tuhan,
sayur kangkung dan genjer yang kami nikmati sekeluarga, terasa sangat enak. Padahal
sebenarnya saya benar-benar tidak suka makan kangkung maupun genjer. Bisa
dibayangkan, setiap hari kami hanya makan nasi dengan lauk yang sama. Sesekali
diselingi ikan asin.
Pergi ke
gereja pun, saya harus berjalan kaki. Kami hanya ada satu motor, milik abang dan
tentu digunakannya, bersama istri. Motor itupun sering rusak. Jadi, saya
berjalan kaki dari jl. Sungai Raya Dalam, melawati RS. Soedarso. Jika ada uang,
saya naik oplet (ketika itu, ongkos oplet masih Rp.1.000/orang). Terkadang juga
menumpang dengan abang sepupu. Tapi jika tidak ada uang dan tumpangan, saya
berjalan kaki, sampai di Gereja. Waktu itu, masih ibadah di Gedung Graha Air
Kehidupan, Setia Budi. Jarak yang lumayan jauh, dari Sungai Raya Dalam ujung,
sampai Jl. H. Abbas, Setia Budi. Tapi itulah yang biasa saya lakukan. Jika kita
lakukan dengan sukacita, jarak yang jauh menjadi tidak terasa jauhnya. Peristiwa
di atas terjadi sekitar tahun 2005. Pada tahun itu, memang terasa sangat sukar
menjalankan kehidupan.
Setiap hari
yang saya lakukan ialah bangun pagi jam 4 subuh, saat teduh. Sepulang dari
mencari kangkung dan genjer, jam 8, saya mulai membaca Alkitab, sampai jam
11/12 siang, padahal saya tidak suka membaca. Tetapi karena rindu akan Tuhan
yang menggebu-gebu, saya tetap membaca Alkitab. Setelah makan siang, saya
istirahat sebentar, lalu jam 1 siang saya mulai membaca Alkitab lagi. Ini yang
saya kerjakan setiap hari, sekitar 6 bulan, sambilan juga saya ikut pemuridan,
persekutuan komsel, Ibadah doa dan Ibadah Raya di Gereja.
YES: Selanjutnya bagaimana? Anda
mendapatkan pekerjaan?
HERPY:
Ya, akhirnya
saya mendapat pekerjaan jadi buruh bangunan. Ditambah lagi segala pekerjaan
halal lainnya yang mampu saya kerjakan. Saya juga membantu abang saya. Pak
Ayub, membuka dan menjaga toko bangunannya. Sudah mulai dapat uang dari gaji,
tetapi masih pas-pas-an. Jadi mau makan sesuatu yang lebih enak dan menikmati
hidup yang lebih nyaman, belum mampu. Hampir setahun lamanya saya hidup dalam
keadaan seperti ini.
Suatu hari,
saya bermaksud untuk hidup mandiri dan pindah dari rumah abang saya, pak Ayub. Saya
juga bermaksud mencari pengalaman dan pekerjaan yang baru. Namun abang saya
tidak mengijinkan. Dia bilang sebaiknya saya jangan pindah, biarlah susah dan
senang kita rasakan bersama saja. Akrinya saya putuskan tidak jadi dan saya
bekerja penuh, membantu abang saya itu. Ketika itu, Ibu saya sudah ikut tinggal
dengan kakak saya yang sudah menikah, di daerah Kota Baru.
YES: Selain dari pengalaman pertam
kali mengikuti ibadah raya dan dipulihkan dalam SHDR, adakah pengalaman rohani
lain yang paling berkesan, yang Anda alami?
HERPY:
Pernah. Suatu
hari, saya mendapatkan semacam “panggilan”. Sepertinya Tuhan berbicara kepada
saya. Awalnya, saya masih belum meresponi. Baru akhirnya saya menyadari kalau
itu suara-Nya. Ketika itu, saya memandang ke langit dan tiba-tiba Tuhan
berbisik dalam hati saya. Dia berkata, “Jangan pernah khawatir dalam hidupmu.
Terhadap apapun yang akan engkau makan dan mnum.” Sambil duduk di atas gentong,
saya menjawab, “Ya Tuhan, saya percaya. Mau apa lagi saya ini? Biarlah semuanya
terjadi sekehendak Tuhan saja.”
Sejak
mendengarkan suara Tuhan itulah, saya
mulai mengalami perubahan hidup. Saya sudah menjadi Kristen cukup lama, tetapi
baru saat itu, saya mengalami suatu titik balik perubahan hidup yang lebih
signifikan. Pemulihan mulai terjadi di segala aspek hidup saya.
Suatu hari, abang
saya, pak Ayub membangun sebuah CV (Perusahaan, sekarang sudah menjadi PT). Dia
sedang mencari tenaga kerja untuk mengelola perusahaan itu, sedangkan dia
sendiri masih sibuk menangani toko bangunannya. Setelah sekian lama mencari,
mungkn karena tidak menemukan orang yang cocok, akhirnya saya diminta untuk
membantunya di perusahaan. Tidak tanggung-tanggung, saya langsung didudukan di
posisi direktur perusahaan, Dalam hati saya berpikir, “Tidak salahkah abang
memilih saya?” Awalnya saya menolak. Saya bilang, “Saya tidak berpendidikan dan
tidak pengalaman. Saya tidak bisa apa-apa, nanti repot.” Namun ada seorang
kawan yang meyakinkan saya. Dia berkata, “Kamu percaya saja, pasti Tuhan akan
menyanggupkan.” Akhirnya, saya taat saja dengan perkataan abang dan menerima
jabatan itu.
Sebagai
pemilik dan pimpinan perusahaan adalah pak Ayub. Beliau adalah pengambil
keputusan dan saya sebagai direktur sekaligus pengelola dan pelaksana. Tidak
mudah menjadi pengelola, harus pandai berencana dan mengatur strategi, karena
kita Anak Tuhan tidak mau main curang atau “main belakang”. Jika saya hanya mengejar harta, mungkin
segala cara curang, “jalan belakang”, bisa saya lakukan. Dan mungkin saya bisa
lebih kaya dari abang saya. Tetapi oleh karena pertolongan Tuhan, saya
disanggupkan untuk menghindar dan menolak segala tawaran iblis itu.
Disinilah
saya belajar untuk tunduk kepada otoritas. Sampai saat ini, saya tidak pernah
melawan abang saya itu. Sekali-kali bisa terjadi perbedaan pendapat, itu biasa.
Tapi saya tidak pernah melawan setiap keputusannya. Saya hanya memberikan
masukan. Puji Tuhan jika dia bisa menerimanya. Padahal saya tahu, sifat abang
saya itu keras. Saya tahu karakternya. Sifat saya juga keras. Jika keras
dihadapi dengan keras pula, apa jadinya? Saya lebih memilih untuk tunduk pada
otoritas. Itulah sebabnya kami tidak pernah bertengkar. Setiap perselisihan,
dapat diselesaikan dengan baik.
YES Bergerak dalam
bidang apa, perusahaan itu?
HERPY :
Perusahaan kami bergerak di bidang perumahan/property.
YES : Apa proses
selanjutnya yang Anda alami dalam pekerjaan, sampai bisa menjadi sukses?
HERPY:
Proses yang
sangat berliku dan panjang, tetapi memang harus kami lewati. Suatu hari,
perusahan kami menerima proyek pertama, yaitu pembangunan Perumahan Barata
Indah di jl. Ujung Pandang, daerah Kota Baru. Itu proyek perdana yang sangat
menguras tenaga, pikiran dan pergumulan yang luar biasa. Oleh Karena anugrah
Tuhan, abang saya, pak Ayub, bisa memenangkan tender untuk proyek perumahan
itu.
Setelah kami
mendapatkan tender, kami mulai melobi ke Polda, karena perumahan itu adalah
milik Kepolisian. Di situ, kami kembali mengalami banyak tantangan. Belum lagi
kendala dilapangan, dimana masalah keuangannya yang belum mencukupi.
Ketika itu,
saya melobi sanpai ke Mabes Polri, Jakarta. Ketika pertama kali pergi ke mabes
Polri di lantai delapan, saya dijaga cukup ketat. Saya membawa beberapa berkas.
Salah satu staf mereka mengatakan bahwa berkas yang saya bawa, harus di cek
dulu dan itu memerlukan waktu yang lama, sekitar dua sampai tiga bulan. Saya
terkejut dan berkata, “Wah, kog lama sekali? Sedangkan perumahan sudah
dibangun, tinggal menunggu akad kredit.” Tetapi keputusannya tetap begitu.
Karena saya
tidak “tahan hati” lagi, saya permisi ke toilet. Saat itu, saya mengalami
ketakutan yang amat sangat. Karena, untuk modal pembangunan perumahan itu, saya
pribadi sudah banyak utang, sekitar Rp. 1 Milliar.Saya takut,bagaimana jika tidak bisa bayar?
Saya
menangis dalam toilet. Dengan air mata yang mengalir, saya berdoa, “Tuhan,
bagaimana ini? Katanya langsung OK, tetapi mengapa bisa seperti ini
kejadiannya?” Tuhan menjawab saya seketika itu juga, “Kamu jangan takut,
lakukan saja.” Saya menjawab, “OK. Tuhan!” Saya kembali menghadap salah satu
staf kepolisian, lalu saya pulang dan menginap di Jakarta. Saya pulang dengan
tangan hampa, dalam kondisi yang dihinggapi ketakutan. Tujuh belas hari saya
ada di Jakarta.
Seturut
dengan berjalannya waktu, campur tangan Tuhan mulai terlihat. Tuhan menyatakan
kemuliaan-Nya melalui seseorang yang membantu kita. Walaupun tidak bisa
sepenuhnya membantu, melalui orang ini, akhirnya berkas-berkas saya bisa
langsung diproses dalam waktu singkat. Setelah melakukan negosiasi dan lobi,
akhirnya dalam satu bulan, kami bisa akad kredit.
YES :Sudah selesai? Atau masih ada
proses selanjutnya?
HERPY:
Selesai satu
bagian, tapi masih ada kelanjutannya, hutang masih belum bisa dilunasi
sepenuhnya. Karena itu, pembangunan perumahan dijadikan dua tahap. Ketika
mengurus proses berkas-berkas untuk pembangunan tahap kedua, saya melakukannya
sendiri, tanpa bantuan orang lain lagi. Pengalaman melobi ke Mabes Polri
sebelumnya, menjadi sesuatu yang berharga. Saya menjadi tahu seluk beluk kepoiisian,.
Saya temui pembesar-pembesar kepolisian, para Jendral dan pemimpin kepolisian.
Waktu itu, saya masih berusia cukup muda, 22 tahun. Saya pernah dibentak
seorang Brigjen TNI-AL. Puji Tuhan saya tidak down dan bisa menjawab setiap
pertanyaan yang dilontarkan, dengan tepat.
Puji Tuhan,
akhirnya semua berjalan dengan baik. Pergumulan demi pergumulan terselesaikan.
Bahkan terlalu banyak pergumulan yang terjadi dan tidak akan cukup jika
diceritakan semuanya. Saya sering tidak bisa tidur, karena dicekam ketakutan
yang amat sangat akibat pergumulan-pergumulan itu, takut gagal, takut tidak bisa
bayar hutang yang menumpuk, dan ketakutan-ketakutan lainnya.Namun akhirnya,
Tuhan mengangkay semua ketakutan itu, dan diganti dengan sukacita.
YES: Dari pengalaman di atas, hal-hal
apa saja yang Anda dapatkan?
HERPY:
Banyak, pak.
Tuhan terus memperlengkapi saya dengan kemampuan untuk mengelola dan kemampuan
berbicara untuk melobi orang-orang. Saya terus belajar akan hal itu. Tetapi
saya tidak merasa bahwa saya lebih pandai dari abang saya. Dia adalah pimpinan
saya. Saya menghormatinya. Saya percaya, kemampuan yang Tuhan berikan
memperlengkapi saya untuk bisa membantu abang menjalankan CV ini.
Itulah
pergumulan-pergumulan yang saya hadapi selama ini, baik secara pribadi, maupun
pergumulan di CV. Sampai akhirnya kami bisa jadi seperti ini. Banyak orang,
hanya bisa berkata, “Wah, masih muda, sudah bisa menjadi direktur, sudah
sukses.” Tetapi mereka tidak tahu jika banyak proses dan pergumulan yang harus
saya lewati untuk mencapai posisi seperti ini. Orang bisa lihat sekarang kami
sudah punya modal miliaran. Tapi untuk mencapai ini semua, ada harga yang
mahal, yang harus kami bayar dan proses demi proses, yang harus kami lalui.
Di dunia
bisnis, hutang piutang, adalah hal biasa. Saya selalu menjaga kepercayaan
orang. Setiap pnjaman yang diberikan, selalu saya usahakan untuk dikembalikan
tepat waktu. Jika belum ada uang, saya tidak pernah menghindar, tetapi
menghadapi dan menjelaskan kepada peminjam. Bahkan saya yang mendatanginya,
sebelum didatangi. Jika dimarahi, saya tidak melawan, karena saya tahu, saya
yang salah. Saya tetap mau bayar, hanya
belum ada uang.
Saya tidak
pernah lari dari masalah, seperti yang sudah saya jelaskan tadi. Selain hutang-piutang,
masalah apapun yang terjadi, selalu saya hadapi. Seberat apun masalah itu,
tinggal saya datang berdoa dan menyampaikan permasalahan itu kepada Tuhan,
selalu ada jalan keluar yang diberitahukan-Nya.
Selain itu
juga, saya banyak belajar tentang cara menghadapi berbagai karakter orang. Dari
yang lembut seperti kapas, sampai yang keras seperti batu. Tuhan membentuk dan
melatih saya, melalui pengalaman-pengalaman hidup yang sangat berharga. Sekalipun
saya memiliki latar belakang pendiidikan yang kurang baik dan tidak pernah
belajar ilmu komunikasi, tetapi pembelajaran dan pelatihan ini saya dapatkan
dari pengalaman hidup dan Tuhan sendiri sebagai Guru saya.
Seringkali, Tuhan berbicara langsung kepada
saya, seperti saya biasa mendengarkan orang berbicara. Saya mendengar langsung
suara Tuhan di telinga saya. Saya bersyukur jika Tuhan memperlengkapi saya
dengan kemampuan intuisi seperti ini.
YES: Anda sukses dalam bisnis dan
pasti sangat sibuk. Bagaimana Anda bisa mengatur waktu untuk bisnis dan kegiatan
kerohanian?
HERPY :
Puji Tuhan,
jika sampai saat ini, Tuhan masih mempercayakan saya untuk memimpin di
perusahaan ini. Saking sibuknya, sepertinya saya membutuhkan waktu lebih banyak
lagi. Kalau bisa, lebih dari 24 jam sehari. Sepertinya, waktu tidak pernah
cukup untuk saya.Setiap hari selalu disibukan dengan pekerjaan. Hari Minggu,
saya gunakan untuk ke gereja dan keluarga. Tetapi saya juga masih menyempatkan
diri mengikuti Ibadah Doa hari Jumat dan persekutuan komsel hari Kamis.
Sejak tahun
2007 sampai sekarang, saya tidak pernah ambil cuti. Itulah sebabnya, saya mulai
mengatur pekerjaan saya. Saya mulai merekrut karyawan untuk membantu pekerjaan
saya. Terkadang, saking banyaknya pekerjaan, saya sampai terpaksa menolak
tawaran-tawaran yang ada. Saya menerusan tawaran-tawaran itu kepada teman-teman
lain. Padahal tawaran itu pasti akan menghaslkan uang.
Jika
berbicara waktu, Anda tahu sendiri bagaimana sibuknya saya. Sebenarnya saya
tidak memiliki waktu lagi. Tetapi saya masih tetap berusaha menyediakan waktu
yang terbaik bagi Tuhan dan pelayanan.
Disitulah kita harus bisa membagi waktu dengan bijaksana. Seperti apa
yang pernah dialami Musa ketika menangani bangsa Israel. Sampai akhirnya,
sesuai dengan nasehat Yitro, mertuanya, dia mulai me-manage pekerjaannya dan
membagi waktu. Hasilnya lebih maksimal. Itu juga yang saya lakukan sekarang.
Semua pekerjaan kita, akan menjadi mudah, jika ada Tuhan yang memberikan
hikamt, jika tidak, maka pekerjaan apapun yang dilakukan, akan terasa sulit.
YES : Di bidang apa saja. Anda
terlibat pelayanan di gereja?
HERPY :
Saya
melayani sebagai wakil koordinator Ibadah Raya II (Pk.10.00) dan saya juga
memimpin sebuah komunitas sel.. Di setiap even saya tidak pernah ketinggalan
dan selalu mendukung, baik tenaga, upaya, doa dan dana. Bahkan terkadang, kegiatan
bisnis, saya tunda. Saya kurang suka menonjol atau menjadi “pemain utama”. Saya
lebih suka mendukung di “balik layar” saja, terutama hal pendanaan. Selama saya
masih bisa, masih mampu dan sehat untuk melayani Tuhan, saya akan tetap
melayani Dia.
Bagi saya,
kita melayani dengan segenap hati, sekalipun kelihatannya untuk orang lain,
tetapi sesungguhnya itu akan kembali kepada kita.Baik itu berupa berkat
finansial, kesehatan dan berkat-berkat jasmani dan rohani lainnya. Tujuannya ialah supaya kita semakin dekat
dengan Tuhan. Orang lain memang diberkati oleh pelayanan kita, tetapi
sesungguhnya kita yang meiayani, lebih diberkati. Uang, kakayaan dan harta,
bukanlah tujuan hidup. Bagi saya, itu hanya sebuah lintasan hidup.
YES : Bagaimana kemajuan bisnis Anda
saat ini?
HERPY:
Sampai saat
ini, perusahaaan yang dipercayakan kepada saya, semakin berkembang. Kami sudah
mengerjakan lima proyek yang cukup besar dan masih ada dua proyek lagi yang
sedang menunggu untuk dikerjakan. Proyek terbesar adalah penggarapan perumahan
di kawasan Parit H. Muksin, yang membutuhkan perputaran dana sekitar Rp. 15 M
dan dua perumahan di kawasan Sungai Raya Dalam, dengan perputaran dana sekitar
Rp.30 M. Selain itu, kami ada dua lahan yang harus digarap. Belum lagi di
tempat lain. Jika berbicara mengenai jangka panjang pekerjaan, itu masih sangat
banyak yang haus kami kerjakan. Semuanya sedang menunggu giliran untuk digarap.
Melihat semua ini, terkadang saya merenung, sebenarnnya siapakah saya, sampai
Tuhan mempercayakan hal-hal yang sedemikian rupa. Tadinya saya tidak pernah
berpikir akan menjadi seperti sekarang ini.
Terkadang
saya terkesima melihat perbuatan Tuhan yang sungguh luar biasa ini. Bahkan
sampai menangis, sekalipun saya bukan orang yang melankolis dan gampang
menangis. Saya tidak pernah meminta
sesuatu apapun kepada Tuhan, tetapi Dia tetap mempercayakan pekerjaan-pekerjaan
yang besar, baik itu pelayanan kerohanian, maupun pekerjaan sekuler.
Saya hanya
berpikir untuk menjadi orang biasa saja, menjadi karyawan daan hidup dari gaji.
Tetapi Tuhan mempercayakan saya sesuatu hal yang luar biasa, seperti mimpi
saja. Menjadi direktur dari sebuah perusahaan yang berkembang pesat. Jika
melihat keadaan sekarang ini, untuk hidup mewah, memiliki rumah dan mobil
mewah, tidaklah terlalu sulit bagi saya. Tetapi saya tahu diri, semuanya adalah
karunia dari Tuhan.
Saya tetap
menikmati rumah dan mobil yang sederhana. Saya tidak bisa menggunakan harta
untuk membeli hal-hal yang mewah, sekalipun itu bisa saya lakukan. Bagi saya,
yang penting ada rumah dan kendaraan yang memadai, cukuplah. Saya lebih
mementingkan pekerjaan Tuhan di gereja. Bukankah itu juga membutuhkan dana?
YES : Bagaimana Anda bertemu istri
Anda dan akhirnya menikah?
HERPY:
Tahun 2005,
saya berjumpa dengan istri (ketika itu masih calon istri - red) di gereja.
Waktu itu ada acara doa pemuda di gereja, dan saya berkenalan dengan Lisa.
Setelah berkenalan pun, kami menjalankan hubungan hanya sebatas pertemanan
biasa.
Tahun 2006
kami mulai berkomitmen untuk menjalani hubungan yang lebih serius. Artinya,
kami mulai belajar mengenal satu sama lain secara mental, atau jiwa. Belajar
mengenal keluarga masing-masing. Kami komitmen untuk menjaga kekudusan hubungan
ini. Selama berpacaran, kami tidak pernah berpegangan tangan, apalagi ciuman.
Jadi kami berpacaran benar-benar hanya untuk saling mengenal saja, tidak pernah
saling memanfaatkan dan menuntut. Kami belajar saling memahami dan saling
percaya. Dari awal komitmen, kami sudah merencanakan kapan menikah, melakukan
segala persiapan yang perlu.
Ketika itu,
keluarga dari calon istri, belum mengenal Yesus. Lisa sendiri pun, baru
bertobat dan mengenal Tuhan. Oleh karena itu, ada sedikit tantangan, baik dari
keluarga saya, maupun keluarga calon istri. Tapi saya menganggap, itu terjadi
karena keluarga masing-masing belum saling mengenal secara mendalam. Tapi puji
Tuhan, semua tantangan itu bisa diselesaikan dengan baik.
Setelah
mendapat rekomendasi dari leader di komunitas sel masing-masing, pada bulan
Februari 2006, kami mendapat pengayoman dari Bapak Gembala. Akhirnya, kami
menikah dan mengadakan pemberkatan pernikahan di Gereja, pada 21 Desember 2007.
Di hari H pernikahan, kami baru berani bergandengan tangan. Ciuman pertama kami
adalah ketika Upacara Pemberkatan Nikah.
YES : Kehidupan setelah menikah?
HERPY :
Setelah
menikah, kami tinggal di sebuah rumah kontrakan. Istri saya masih bekerja waktu
itu, sehingga untuk kebutuhan sehari-hari, masih bisa terpenuhi. Sampai Tuhan
mulai menjawab pergumulan-pergumulan kami. Puji Tuhan, karena pertolongan-Nya,
semua dapat dilewati. Kami bisa keluar sebagai pemenang.
YES : Bagaimana kehidupan keluarga
Anda sekarang?
HERPY :
Hidup
keluarga kami saat ini juga berjalan dengan harmonis. Sekalipun kami juga
menghadapi konflik, tetapi dapat diselesaikan dengan baik. Saya bersyukur jika
Tuhan memberikan tulang rusuk yang sangat tepat dan luar biasa. Setaip konflik
selalu kami usahakan untuk diselesaikan hari itu juga. Memang, sejak kami
menikah, banyak terjadi gesekan satu sama lain. Maklumlah, penyesuaian. Tapi,
puji Tuhan, hmpir lima tahun terakhir ini, kehidupan keluarga kami semakin luar
biasa. Sampai saat ini, kami telah dikaruniakan 2 anak.
Dengan orang
tua, saya juga mengalami pemulihan yang luar biasa. Di atas, saya menceritakan
bagaimana pahitnya hidup bersama papa saya. Tetapi ketika bertobat, saya
mengalami pemulihan hati Bapa. Dengan kasih Tuhan, saya mengampuni dan menerima
kembali papa. Di hari tuanya saat ini, saya merawat papa. Saya mengajak papa
tinggal dengan kami. Karena papa sakit-sakitan, saya yang memandikannya.
Jika
mengulang masa lalu, betapa bencinya saya dengan papa karena kekerasan yang
pernah saya terima. Tetapi sekarang, saya bisa memandikannya. Inilah luar
biasanya kasih Tuhan. Jika dilihat, sebelum bertobat, saya memiliki dendam yang
besar dengan papa. Tapi puji Tuhan, saya bisa dipulihkan dan menerima beliau.
YES : Untuk memberkati para pembaca,
adakah kiat-kiat khusus untuk mencapai kesuksesan, yang telah Anda praktekkan?
HERPI:
1.
Miliki komunikasi dan
relasi yang baik dengan Tuhan.
2.
Miliki kerendaahan hati
untuk tunduk kepada Tuhan dan otoritas di atas kita (seperti gembala, orang
tua, pimpinan, dan orang yang dituakan).
3.
Jangan lari dari
masalah, tetapi hadapi masalah sengan berani bersama Tuhan.
4.
Miliki dan lakukan
prinsip MAKSIMAL dan VIP.
MAKSIMAL ialah: miliki Mimpi, Aksi,
Kemampuan, Semangat, Integritas iman, Mulai dari diri sendiri, Akuntabilitas,
dan Loyalitas. Sedangkan VIP ialah Visi, Iman dan Perbuatan. Miliki visi, lalu
Imani (percaya) kalau akan terwujud dan tindak lanjuti dalam Perbuatan. Sampai
sekarang, saya masih setia melakukan kedua prinsip ini.
5.
Bekerja, seperti untuk
Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23).
Saya tidak bekerja untuk mencari
kekayaan, tidak juga untuk diri sendiri dan keluarga, bukan juga untuk
pimpinan, tetapi seperti untuk Tuhan. Meskipun hasil dan dampaknya memang
dinikmati oleh apa yang saya sebutkan tadi.
6.
Miliki rasa takut akan
Tuhan.
Walaupun dalam pengalaman, saya sering
mengalami ketakutan akan masalah, tetapi sebenarnya ketakutan itu harus
diarahkan kepada Tuhan. Dengan rasa takut kepada Tuhan yang mendalam, akan
membuat kita takut melakukan dosa. Saya diberikan kekuasaan mengelola harta
yang demikian banyak. Kesempatan untuk korupsi dan kejahatan keuangan lainnya,
sangat terbuka lebar bagi saya. Tetapi karena takut akan Tuhan dan saya memmiliki
prinsip ke 5 atas, maka saya mampu menguasai diri tidak melakukan semua itu.
Saya menggunakan asset dan harta
perusahaan, hanya untuk membesarkan perusahaan itu sendiri dan melalui
perusahaan, bisa menjadi berkat bagi orang-orang dalam banyak hal. Saya juga
tidak pernah minta mobil kepda abang saya, yang juga komisari perusahaan,
tetapi tiba-tiba saya dikasih. Mobil yang diberikan, itulah yang saya gunakan
sampai sekarang. Kita tidak perlu meminta, karena saya yakin, ada waktunya
Tuhan untuk memperlengkapi kita dengan hal-hal yang kita butuhkan.
7.
Menghargai setiap proses
yang harus dilalui.
Saya menghargai tahap demi tahap yang harus saya lalui,
karena saya tahu, setiap tahap itu, membentuk dan membawa saya mencapai tujuan
Tuhan. Dengan melewati setiap tahapan itu, saya menjadi kuat dan mengerti
kehendak Tuhan. Dari sinilah saya belajar untuk menghargai orang lain,
menghargai atasan, menghargai karyawan dan para tukang, menghargai hamba-hamba
Tuhan, lebih memperhatikan dan membantu orang lain.
YES : Apa visi Anda selanjutnya?
HERPY :
Dalam pekerjaan, perusahaan kami memiliki visi untuk
membangun sebuah kota satelit mandiri. Rencananya akan dinamai, “Hosanna City”,
sebuah kota dengan prasarana lengkap seperti Mal, Hotel, Rumah Sakit, Sekolah
bertaraf internasional dari play group sampai perguruan tinggi, proyek
pariwisata, dan segudang fasilitas lainnya. Inilah impian kami. Dan kami sedang
bergerak kesana. Modalnya mungkin diperlukan triliunan rupiah. Tapi tidak ada
yang mustahil bagi Tuhan dan bagi orang kepercayaan-Nya. AMIN!
Saat ini, Bp.Herpiyanto adalah
Direktur Utama PT. Hosana Utama, sebuah perusahaan Property yang dibangun oleh
Bp. Ayub Haryanto, yang menjabat sebagai Komisaris Utama perusahaan yang sama.
Beliau memiliki seorang istri, Lisa
Junita (27). Pasangan yang berbahagia ini telah dikaruniakan seorang putra,
Jordan Christian Andahersa (3) dan putri, Joylin Elora Christy Andahersa (5
bulan). Mereka berdomisili di Pontianak dan sampai saat ini, aktif melayani di
Gereja Sungai Yordan, Pontianak (Psalm 21 Successful Community)
T A M A T