Exclusive Interview with SUMADI
SEMUA ORANG BISA SUKSES!
Dengan tampilan seperti anak muda yang stylelish, saya berkesempatan berjumpa dan berbincang-bincang dengan seorang pengusaha muda di showroom mobil-nya, yang sekaligus juga tempat tinggal beliau. Sumadi(35), demikian biasa kami menyapanya, adalah gambaran dari seorang pengusaha muda yang sukses karena pertolongan Tuhan. Dalam usianya yang masih tergolong muda, suami dari seorang istri bernama Santi(30), sudah berhasil memimpin sebuah showroom jual-beli mobil, yang cukup baik di Pontianak.
“Semuanya hanya karena Tuhan”,demikian perkataannya dalam pertemuan kami yang hangati sore itu, pengusaha kelahiran Pontianak ini menturkan kisah kesaksiannya, yang menjelaskan bahwa semua orang bisa sukses (sama seperti judul salah satu buku tulisan Bpk. Markus Tonny hidayat), bagaimana dia berangkat dari keluarga yang tidak mampu secara finansial, bahkan pernah berjualan es, sampai akhirnya mencapai kesuksesan dalam usaha dan pelayanannya.Di akhir perbincangan, ayah dari Rich Stephen (8), Rich Stepfanny(5) dan Rich Stella Vannesia(4), juga menuturkan kiat-kiat sukses yang dilakukan dan dialaminya. Mari kita simak..... .
Yakobus Edy Susanto (YES) :Ceritakan latar belakang bapak, sebelum mengalami sukses seperti ini, pak.
Sumadi(SMD):
Saya lahir di Pontianak, 35 tahun yang lalu, tepatnya Maret 1976. Ketika itu saya tinggal di gg. Damai sampai berumur sekitar 5 tahun. Kemudian kami pindah ke jl. AR. Hakim dalam. Keadaan kami masih sangat memprihatinkan. Rumah masih dinding kayu dan ber-atap daun. Saya dibesarkan dalam keadaan seperti ini.
Sejak menduduki bangku sekolah dasar, saya sudah ikut papa jualan es di pelampung (tempat penyeberangan kapal ferry). Ketika itu, penyeberangan dengan kapal ferry, lebih ramai dari sekarang, karena jembatan Tol yang menghubungkan kota dengan Siantan, belum dibangun. Jadi semua kendaraan dan orang, jika mau menyeberang ke daerah siantan, pasti menggunakan jasa kapal ferry. Tetapi setelah jembatan Tol dibangun, mulai terasa sepi, karana banyak kendaraan yang memilih menggunakan jembatan dari pada kapal ferry, terutama mereka yang mau ke arah Tanjung Raya, Tanjung Hulu dan Ambawang.
YES : Apakah hal ini sempat membuat perkonomian keluarga semakin sulit?
SMD:
Jelas pak. Hal ini membuat pergumulan ekonomi keluarga, semakiin terasa. Ketika memasuki usia SMP (sekitar 13 atau 14 tahun). Papa dan saya tidak lagi jualan es lagi. Saya bersyukur untuk papa saya, sekalipun keadaan kami sangat sederhana, tetapi dia berkorban luar biasa dan terus berusaha supaya kami bisa tetap mengenyam pendidikan di sekolah yang bagus. Kami ada empat bersaudara dan semuanya lulus di sekolah favorit di Pontianak.
YES : Apakah setlah itu, masih jualan es lagi?
SMD:
Setelah, tidak lagi berjualan di pelampung, saya membantu papa berjualan es cincau. Seporsi es cincau, kami mendapat keuntungan hanya sekitar Rp. 50 saja. Memasuki bulan puasa, kami berjualan dengan menggunakan gerobak, dan mangkal di tepi jalan.
Memasuki usia pemuda dan bersekolah SMA, saya membantu papa berjualan buah di kaki lima pasar Mawar, Pontianak. Yang menyedihkan, karena kami berjualan di dekat.tempat pembuangan sampah Pasar Mawar, tentunya bisa dibayangkan bagaimana keadaannya, sangat tidak hiegenis. Apalagi jika sudah musim buah durian, sang berbau. Karena saking banyaknya sampah durian yang menumpuk sehingga kami terpaksa berjualan di atas timbunan sampah. Hal ini berjalan cukup lama, beberapa tahun, sampai akhirnya TPS itu dipindahkan dan pasar Mawar dibangun kembali, seperi keadaan sekarang ini.
Ketika hampir tamat SMA, saya memiliki kerinduan supaya orang tua saya, tidak lagi perlu bekerja. Karena saya kasihan dengan mereka. Jika dilihat dari wajah mereka, justru di masa tuanya sekarang, bisa nampak lebih muda daripada dulu, ketika masa muda, karena ketika masih muda, orang tua saya bekerja sangat keras untuk menghidupi keluarga. Tapi puji Tuhan, kerja keras mereka ada hasilnya juga. Dari hasil jual buah, saya bisa kuliah dan orang tua saya bisa pensiun, menikmati masa tuanya.
YES : Bagaimana kehidupan Anda pada waktu kuliah dan setelah selesai kuliah, pak?
SMD:
Setelah selesai kuliah, saya masih belum bertobat dan mengenal Tuhan. Sekalipun saya bersekolah di sekolah Katolik dari sejak TK, namun saya masih belum mengenal Kristus. Saya memang siring mengikuti kebaktian di gereja dan sekolah minggu, tapi itu dilakukan dengan motivasi yang kurang benar, seperti hanya untuk memenuhi kewajiban dari sekolah, cari teman, dll. Bahkan ketika saya kuliah, itu lebih parah lagi. Saya sama sekali tidak lagi pergi ke gereja dan lebih mengikuti kepercayaan tradisi kebudayaan. Seiring dengan proses yang saya alami, karena bekerja keras, perokonomian pun semakin membaik. Bukankah Tuhan juga berkata bahwa orang yang bekerja, layak mendapat upahnya, sekalipun orang itu belum mengenal-Nya?
Setelah selesai kuliah, pada tahun 2002, saya menikah dengan seorang gadis, yang sampai saat ini menjadi istri saya tercinta. Saya menikah dalam keadaan belum bertobat. Karena kekurangan dana untuk menikah, saya ikut arisan Tiong Hoa. Dari arisan itu saya memperoleh uang Rp. 45 juta. Tapi saya menggunakan uang itu untuk membangun rumah saya yang masih kumuh saat itu. Dengan perhitungan seorang tukang bangunan, uang itu cukup untuk merenovasi rumah saya. Diperlukan waktu satu bulan dalam proses renovasinya. Tetapi akhirnya biaya renovasinya “membengkak”, sampai kisaran Rp. 90-an juta. Diperparah lagi dengan biaya untuk menikah.
Kami mengadakan repsepsi pernikahan di sebuah hotel ternama di Pontianak, maka biaya yang saya butuhkan semakin membengkak. Akhirnya pendapatan dari hasil jualan buah, saya gunakan untuk membayar semua biaya itu. Tetapi itu masih belum cukup. Saya berhutang kepada orang sampai mencapai ratusan juta rupiah.
Tetapi karena masih ada jualan buah, akhirnya kami cicil semua hutang itu. Sampai ketika kami mempunyai anak pertama, masalah lain, yang tak kalah sulitnya, mulai timbul. Kami menikah dalam keadaan belum siap secara mental, maka sering mengalami cek cok suami-istri, terutama karena masalah anak. Diperparah lagi dengan rewelnya anak kami.
Rewelnya anak kami, istilah orang Khek disebut “ma’ to”. Jadi jika ada orang yang meninggal, kita lewat di depan tempat persemayamannya, atau melayat ke tempat orang meninggal, pasti anak ini akan rewel, menangis, sampai tidak bisa tidur, baik anak itu, juga kami. Sedangkan kami setiap jam empat subuh sudah harus ke Pasar, mengurus jualan buah kami. Kami sangat stress dan jengkel dengan keadaan anak ini. Satu-satunya cara untuk menenangkannya, jika sudah mulai rewel, kami harus mengajak anak ini keliling dengan motor, tidak boleh ada di rumah.
Kami berusaha menyembuhkan anak ini dengan memanggil “orang pintar” (dukun). Orang pintar ini memberikan mantra. Dengan mantra dan memandikannya,, anak ini bisa tenang, tapi hanya bertahan sekitar satu sampai dua minggu. Setelah itu, datang lagi “penyakitnya” ini. Ini terjadi berulang-ulang terus meneruss. Kami sangat stress mengahdapi situasi ini, sampai kami berlangganan dengan “orang pintar” itu. Setiap kali mulai ada gejala seperti itu, saya langsung menghubungi “orang pintar” itu.
YES : Selain pernah menggunakan jasa “orang pintar”, apakah Anda pernah terlibat dosa-dosa lainnya?
Sumadi(SMD):
Ada. Saya juga memiliki emosi yang tidak baik, cepat marah. Kesukaan saya adalah dugem (dunia gemerlap). Saya suka ke diskotik, karaoke, judi, nonton film porno, perzinahan, onani dan terikat narkoba. Sejak kuliah saya sudah terikat narkoba, sekitar tahun 2000. Bahkan setelah menikah, saya masih menggunakan narkoba secara “curi-curi”.
YES : Masih ada kelanjjutan proses lainnya?
SMD:
Setelah saya mengalami proses seperti itu, timbul lagi masalah lainnya, yaitu sakitnya mama saya dan harus diopname di rumah sakit. Ini sekitar tahun 2004. Penyakit yang didiagnosa dokter adalah ada penyempitan pergeseran tulang belakang. Penyakit ini menyebabkan mama susah untuk berjalan (lumpuh) dan menangis terus di pembaringannya. Setelah keluar dari rumah sakit, mama bilang bahwa dia tidak mau hidup lagi.
YES : Bagaimana ceritanya sampai Anda bisa mengenal Yesus?
SMD:
Awal proses yang membawa saya mulai mengenal Yesus dimulai dari ketika saya sempat mengembangkan usaha dengan membuka sebuah toko ATK di Pasar Melati, Parit Baru. Usaha ATK itu berjalan sekitar empat tahun (th 2000-th 2004). Ketika itu, saya sering diinjili hamba-hamba Tuhan. Mereka sering membeli ATK di toko, sambil menceritakan tentang Yesus.
Awalnya saya hanya diam saja, kurang meresponi. Tetapi ternyata seorang karyawan saya, mulai percaya dan ikut ke gereja. Akihrnya dia masuk Kristen. Mula-mula, karyawan saya itu menuliskan firman Tuhan di kertas dan sengaja ditaruh di meja saya. Saya membacanya, tetapi tidak memberikan respon apapun. Kejadian ini terus berlangsung sampai ketika saya menutup toko itu, di tahun 2004, karena sakitnya mama.
Sampai suatu ketika, beberapa tahun kemudian, secara tidak sengaja, saya berjumpa kembali dengan seorang gadis hamba Tuhan, yang sering memberitakan injil di toko itu. Ketika itu, gadis ini, dengan berjalan kaki, sedang melintasi depan rumah saya, bertemu dan dipanggil oleh papa. Padahal gadis itu tidak tahu dimana rumah saya. Saya percaya, ini pasti rencana Tuhan.
Secara luar biasa, papa bisa meminta gadis itu untuk mendoakan istrinya (mama) yang sedang sakit. Padahal sebenarnya papa tidak suka dengan gadis ini, karena sering memberitakan injil di toko. Akhirnya mama didoakan dan dihibur oleh gadis itu. Dia berkata bahwa di dalam Yesus, ada pengharapan. Awalnya hamba Tuhan ini hanya datang sendiri, tetapi ketika mengunjungi kami kembali, dia mulai membawa teman-temannya. Semain sering dia datang dan semakin banyak teman yang dia bawa.
Suatu ketika, gadis hamba Tuhan ini, minta kami untuk mulai wa mama ke gereja. Kami mulai membawa mama ke gereja. Saat itu, saya sudah mulai terjun ke bisnis jual-beli mobil, tetapi masih dalam skala kecil, maklum, baru mulai. Ketika mengantar mama beribadah, saya tidak mau masuk. Sampai suatu saat, secara ajaib mama mulai pulih kesehatannya. Mama terus didoakan, sambil terus menjalankan terapi. Puji Tuhan, akhirnya mama sembuh total.
YES : Apakah Anda langsung percaya Yesus, setelah melihat kesembuhan mama?
SMD:
Belum. Saya masih bandel dan belum mau bertobat serta percaya kepada Tuhan Yesus. Jika sudah sembuh, ya sudahlah. Kejadian dahsayt ini, “lewat” begiitu saja dalam hidup saya. Temperamen saya juga masih tidak baik, pemarah. Saya berpikir, kalau bekerja seperti ini terus, mau sampai kapan baru bisa sukses. Harta saya miliki, tetapi saya tidak memiliki kedamaian dan ketentraman hidup. Emosi yang juga semakin tidak terkendali. Keadaan keluarga juga hanya “begini-begini” saja, anak sering sakit dan uang banyak habis untuk berobat saja.
YES : Jika demikian, kapan saat Anda mulai mengalami proses kelanjutan untuk mengenal Yesus?
SMD:
Sampai suatu saat, Tuhan mulai melakukan rencana-Nya untuk memulihkan kami sekeluarga. Saat itu, papa pergi ke luar negeri. Pulangnya, papa singgah di Jakarta. Adik saya menghubungi seorang hamba Tuhan dari sebuah gereja besar di Jakarta, dan hamba Tuhan ini ikut papa pulang ke Pontianak. Hamba Tuhan ini bermalam di rumah kami, walaupun pada saat itu, rumah kami bukanlah rumah yang bagus. Tiga hari dua malam, hamba Tuhan itu bermalam.
Selama bermalam, beliau teruws menceritakan tentang kebaikkan Tuhan Yesus. Hingga hari terakhir, sorenya hamba Tuhan ini akan kembali ke Jakarta, tetapi siangnya, mama yang sudah mulai percaya, dan adik saya, mengambil keputusan untuk dibaptis. Sedangkan saya masih bingung. Saya menelepon istri saya, untuk menanyakan pendapatnya tentang hal ini. Istri nampaknya kurang setuju. Dia menganjurkan supaya saya memikirkannya kembali. Saya berkata, jika ada orang yang mengajak saya melakukan hal-hal yang tidak baik, seperti judi, diskotik, karaoke, narkoba, saya tidak pernah menolaknya, masakan ada orang yang mengajak untuk hal-hal yang baik, harus saya tolak? “Lalu kenapa saya tidak coba untuk ikut Yesus”, pikirku.
Saat itu, tidak ada lagi yang bisa merubah hidup, sikap dan temperamen saya yang keras. Tapi mungkin Yesus bisa. Akihirnya saya, berkomitmen untuk mengikuti Yesus. Saya mengetuk kamar hamba Tuhan itu, dan menyatakan mau menerima Yesus dan dibaptis. Hamba Tuhan itu, langsung berdiri, mengangkat tangannya dan mengucap syukur kepada Tuhan. Dia langsung bernubuat untuk saya. Dia berkata bahwa Tuhan akan memakai saya secara luar biasa.
Lalu kami dibaptis pada tahun 2006. Baptisan itu berlangsung luar biasa pula. Kami sekeluarga dibaptis di dalam kamar mandi (WC). Satu per satu kami “dicelupkan” dalam bak mandi berukuran 1m x 50 cm. Bagi saya, ini merupakan pengalaman baptisan yang luar biasa.
YES : Puji Tuhan, pengalaman yang dahsyat! Sebelumnya Anda mengatakan pernah menggunakan jasa “orang pintar”, apakah pernah terlibat okultisme, yang lebih mendalam?
SMD:
Dulu saya sering menggunakan kuasa kegelapan (okultisme). Sekalipun pada waktu itu, kami berpikir bahwa kuasa-kuasa itu, kami pergunakan untuk Tuhan, padahal bukan. Sepertinya menyembah Tuhan, padahal bukan. Ketikamengunakan kuasa-kuasa kegelapan itu, banyak pantangannya. Tidak boleh terkena sesuatu, tidak boleh dibawa ke WC, tidak boleh makan ini...itu..., dll. Saya juga mengenakan dan menggunakan jimat-jimat, seperti cincin. Tujuannya supaya saya memiliki karisma, dll. Semuanya saya gunakan. Jadi rumah saya penuh dengan jimat dan mantra. Jika jimatnya sudah tidak mempan, saya ganti lagi dengan jimat yang lain.
Tetapi ketika saya dibaptis, saya meraakan ada pembaharuan dalam hidup saya. Ternyata Yesus adalah Tuhan yang sanggup mengubahkan saya. Dia Tuhan yang Maha hadir. Bahkan di WC sekalipun, Dia ada. Dialah Tuhan yang sesungguhnya, Tuhan Maha Kuasa. Kami bergabung deengan sebuah gereja di Pontianak. Sekalipun letaknya jauh, tetapi kami tetap beribadah di gereja itu. Itulah kasih mula-mula.
Sekitar dua tahun kemudian, pertengahan tahun 2008, kami bergabung dengan Psalm 21 Successfull Community dan mengalami pemulihan yang lebih lagi. Tetapi saya masih bergumul untuk istri, karena dia belum percaya 100%, ketika itu. Puji Tuhan, suatu saat istri saya berdoa, “Yesus, jika Engkau mau isaya ikut Engkau, bukalah jalan bagiku.” Halangan terbesar adalah dari bapak mertua saya, yang melarang istri untuk bertobat. Bapak mertua adalah seorang dukun (orang pintar). Kakak-kakak ipar saya mengatakan kepada istri, “Terserah kamu lah.” Akhirnya istri mengambil keputusan menerima Yesus, dan dibaptis.
YES : Haleluyah! Bagaimana proses selanjutnya?
SMD:
Kami sudah seiman, tetapi masih ada tantangan yang kami hadapi. Sudah percaya Tuhan, tetapi kan hutang masih harus dibayar? Suatu saat saya berdoa, “Tuhan, kami adalah anak-Mu. Dan Engkau tidak pernah mempermalukan kami. Kami masih memiliki hutan sekian ratus juta, tolong kami, berilah jalan bagi kami untuk bisa melunasi hutang ini.
Setalah menyerahkan hal ini kepada Tuhan, herannya, berkat-berkat mulai mengalir. Setiap hari saya selalu menghitung pendapatan saya dan selalu disisihkan untuk membayar hutang setiap dua minggu atau satu bulan. Anehnya,setiap kali menghitung pendapatan, selalu ada uang yang lebih. Saya heran, uang yang lebih itu darimana asalnya, saya tidak tahu. Istri saya berkata, “Mungkin saya salah catat kali.” “Mungkn saja,” Jawabku. Tapi saya percaya, inilah salah satu cara Tuhan untuk membantu melunasi hutang.
Haleluyah, dengan berjalannya waktu, akhirnya hutang itupun lunas. Satu per satu masalah mulai terselesaikan. Keluarga pun semakin harmonis. Kami mulai memiliki anak kedua dan ketiga. Mereka tidak lagi rewel, ada apa-apa tinggal kami doakan dalam nama Yesus. Disinilah kami melihat bahwa kuasa Tuhan Yesus, luar biasa. Dialah “mantra di atas mantra”, lebih dahsyat! Benturan-benturan alam keluarga pasti ada, tetapi selalu ada jalan keluar untuk menyelesaikannya. Semua masalah itu dapat diselesaikan dengan selalu memuji Tuhan, berdoa dan bersekutu bersama dalam mezbah keluarga. Setiap malam kami sekeluarga doa bersama.
YES : Bagaimana proses bisa memiliki rumah yang megah ini, sampai bisa bisnis di mobil?
SMD:
Suatu saat, kami memiliki sebuah impian, punya rumah baru, karena rumah lama kami, yang kami huni saat itu, tidak memiliki sertifikat, karena rumah itu awalnya adalah rumah kumuh yang didirikan di atas tanah milik negara. Saya merindukan memiliki rumah yang ada bathtub. Kami terus mendoakan semua impian ini. Tetapi justru Tuhan menjawab doa kami dengan cara lain, cara yang unik.
Tahun 2009, ada sebuah developer, yang ingin membangun ruko di daerah tempat tinggal saya itu. Salah satu syarat untuk mendapatkan kucuran pinjaman dana dari bank, harus ada akses jalan yang lebar, sesuai standar yang ditetapkan bank. Akses jalan di tempat tinggal kami itu sempit, jadi harus diperlebar, menjadi minimal 5 meter.
Pada waktu itu, bisnis jual beli mobil sudah saya jalankan, tapi masih dalam skala kecil. Saya mendapatkan surat edaran dari developer tersebut, mengenai teras rumah yang harus segera dibongkar, untuk pelebaran jalan. Jadi, kami berdoa untuuk bisa mendapatkan rumah bersertifikat, yang memiliki bathtub, tapi jawaban-Nya adalah rumah tempat tinggal kami waktu itu, malah harus dibongkar terasnya. Sepertinya kontradiksi, tetapi sebenarnya tidak.
Akhirnya kami mengadakan pertemuan dengan pihak developer. Karena rumah kami tidak memiliki sertifikat, tetapi jika kemi merelakan teras rumah dibongkar untuk pelebaran jalan, maka rumah kami tidak akan dibongkar keseluruhannya. Sempat terjadi keributan,m karena kami tetap bertahan, tidak menyerahkan teras rumah untuk dibongkar. Seluruh pemilik rumah di deretan itu, menunjukk ke saya, karena rumah kami berada di deretan paling depan. Mereka berkata bahwa jika rumah saya yang ada di deretan terdepan dibongkar terasnya, maka yang lainnya akan mengikuti. Developer menggunakan segala cara untuk mempengaruhi saya. Mereka menggunakan jasa keplosian dan pengacara. Mereka juga tidak segan-segan menggunakan preman-preman untuk menekan saya. Jadi saya terus diintimidasi dan diancam.
Hingga suatu hari, tetangga saya menyerah dan merelakan teras rumahnya dibongkar, dengan ganti rugi yang sangat kecil, tidak sesuai. Kami sekeluarga berunding, jika kita tidak menyerahkan teras rumah dibongkar, maka rumah kita ini bisa dibongkar paksa, karena tidak bersertifikat, wah nanti susah.
Akhirnya Tuhan mempertemukan saya dengan bos pemilik developer itu. Jadi kami bersepakat, teras rumah kai boleh dibongkar dengan ganti rugi sepantasnya. Setelah Ruko dibangun, maka kami dijinkan untuk membangun kembali teras rumah kami. Jadi ini hanya semacam trik untuk mendapatkan kredit dari bank. Selain itu, rumah kami juga dironavasi, dibangun kembali denagn beton (sebelumnya hanya kayu). Ganti rugi yang kami terima, jika dibandingkan dengan tetangga lain, bisa berkali-kali lipat.
Kami tetap memiliki kerinduan untuk memiliki rumah impian seperti yang saya saksikan di atas. Dengan uang yang berlebih, saya mulai brgerak dalam usaha kaplingan tanah. Puji Tuhan, kaplingan itu laku, tetapi uang saya “dimakan” oleh teman saya sendiri, yang bagian menagih cicilan pembelian tanah dari pembeli. Saya merugi puluhan juta rupiah.
Namiun akhirnya saya menemukan sebuah rumah, yang menyerupai impian saya, yaitu rumah tinggal saya sekarang ini. Awalnya kami suami-istri datang meninjaunya, langsung terasa cocok. Tanpa membesarkan kemampuan kami, semuanya bisa kami miliki karena Tuhan. Tuhan menjawab doa kami secara luar biasa, sekalipun cara-Nya unik, yaitu melalui suatu masalah, kami justru diberkati. Dengan kesetiaan dan ketaatan, kita bisa mmuliakan Tuhan.
Rumah ini dibuka dengan harga Rp. 1,5 M. Setiap minggu, sepulang dari ibadah di Psalm 21, saya membawa keluarga melewati rumah ini. Saya selalu berkata dengan iman kepada istri dan anak saya, ini rumah kita. Mama menertawakan saya, dia berkata, “Kamu belinya pake uang apa? Rp. 1,5 M lho?”
Saya tetap yakin bahwa Tuhan akan memberikan rumah itu. Saya memberanikan diri untuk menawar rumah itu. Akhirnya setelah tawar-menawar, disepakati harga Rp. 1,35 M. Karena rumah ini dimiliki oleh sebuah yayasan, maka diperlukan proses untuk pemberesan administrasi surat-menyurat-nya. Sebenarnya sudah banyak orang menaksir rumah ini, karena luas dan terletak di tepi jalan yang ramai, sangat baik untuk bisnis. Bahkan ada yang berani membayar ratusan juta lebih banyak dari harga yang kami putuskan. Ada juga yang berani memberikan bonus, untuk mendapatkan rumah ini. Ada seorang calon pembeli yang berani membayar saya Rp. 150 juta, untuk mendapatkan rumah ini.
Anehnya, ketua yayasan pemilik rumah, tetap memutuskan hanya menjual rumah ini kepada saya. Keluarga istri saya sempat mmberikan masukan. Mereka bilang bahwa saya harus waspada, jangan-jangan rumah ini ada masalah, karena ada orang yang mau beli dengan nilai tinggi, tetapi pemilik rumah tidak mau menjualnya. Tetapi saya tetap pada keyakinan saya bahwa inilah mujizat Tuhan. Ada orang yang mau beli dengan harga mahal, pemilik rumah tidak mau menjualnya. Tetap mau menjualnya pada saya. Inilah kuasa-Nya yang ajaib.
Enam bulan kemudian, masih tidak ada perkembangannya. Saya menelepon pemiliknya dan menanyakan hal ini. Rupanya pemilik rumah mengira saya tidak jadi membelinya. Saya katakan bahwa saya tetap serius dengan kesepakatan harga yang telah ditetapkan. Notaris yang ditunjuk pemilik mengatakan bahwa berdasarkan NJOP Rumah, sebenarnya harga rumah ini di atas Rp.2 M. Namun saya tetap memegang kesepakatan harga yang telah diputuskan sebelumnya yaitu Rp.1,35 M. Lalu saya berkata, “Saya serahkan semuanay kepada Anda, sekarang tergantung Anda saja.”
Setiap malam saya mengajak istri dan anak-anak berdoa, “Tuhan, jika memang rumah ini yang Engkau berikan kepada kami, bukalah jalan bagi kami, tetapi jika bukan kehendak-Mu, biarlah Engkau menutup semua jalannya. Kalau bukan kehendak-Mu, rumah ini tidak jadi dibeli juga tidak apa-apa.” Tetapi dalam kejadian-kejadian berikutnya, Tuhan membukakan jalan yang luar biasa!
Seminggu kemudian, pihak yayasan menelepon saya. Mereka langsung meng-OK-an. Kami langsung mengadakan transaksi. Puji Tuhan! Tetapi masih ada masalah lain. Uang yang sudah saya sediakan, sudah terpakai untuk inves di usaha jual-beli mobil dan saham, jadi saya mengajukan pinjaman ke sebuah bank swasta. Kredit saya disetujui, tetapi kucuran dananya tidak sesuai, tidak mencukupi. Akhirnya pihak penjual protes, jika saya tidak ada uang cukup, batal saja.
YES: Tetapi rumah ini tetap dibeli? Bagaimana Anda bisa mendapatkan uang untuk membeli rumah ini, pak?
SMD:
Tuhan menggerakkan hati saya untuk menceritakan hal ini kepada seorang teman hamba Tuhan dari Jakarta. Teman itu bersedia meminjamkan uang kepada saya, tetapi saya katakan akan berunding dulu dengan istri. Akhirnya kami bersepakat, untuk menerima pinjaman itu, sebesar Rp. 600 juta. Dengan una pinjaman itu, ditambah dengan uang kami suami-istri dan bantuan dari orang tua, akhirnya kami beli rumah itu, kontan.
Masalah berikutnya adalah, saya harus mengembalikan pinjaman Rp. 600 juta itu. Tidak lama kemudian, tiba-tiba ada orang yang memperkenalkan seorang teman yang bekerja di sebuah bank, dimana bank itu sedang ada promo kredit rumah murah. Kreditnya jauh lebih murah dari kredit dari bank tempat kami mengajukan kredit sebelumnya. Bahkan dengan bunga flatt, selama 5 tahun. Saya belum pernah menemukan ada bank yang bisa membrikan pinjaman semudah ini, dengan kredit yang murah dan bunga 7,8% flatt! Di bank lain biasanya kredit dengan bunga flatt, hanya berlangsung maksimal 2 tahun, setelah itu bunga pinjaman akan kembali tinggi. Inilah jalan Tuhan yang dahsyat!
Dua minggu kemudian, dengan kucuran dana pinjaman dari bank ini, saya gunakan untuk membayar hutang kepada teman hamba Tuhan itu. Saya sudah berjanji kepada Tuhan bahwa rumah ini akn menjadi berkat dan saya akan bersaksi akan kebesaran Tuhan.
YES : Setelah memiliki rumah, bagaimana dengan showroom ini?
SMD:
Setelah punya rumah, saya bisa mengoptimalkan usaha saya dalam jual-beli mobil. Saya membuka showroom mobil di rumah saya. Jika ditanya darimana modalnya, saya sendiri juga binggung. Tetapi yang pastinya, bahwa Tuhan sungguh-sungguh mengangkat kita menjadi kepala. Saya berdoa, bahea saya mau usaha saya ini bisa menjadi berkat bagi orang lain. Puji Tuhan, melalui tempat ini, sudah banyak jiwa yang dimenangkan untuk Tuhan. Sampai sekarang sudah terhitung beberapa keluarga yang bertobat, bahkan sampai tukang yang mengecat rumah ini dan keluarganya pun, bertobat.
YES : Puji Tuhan! Jadi ukuran keberhasilan itu bukan harta yang dimiliki, tetapi bagaimana kita bisa memuliakan Tuhan dan memenangkan jiwa bagi Dia. Apa ada Firman Tuhan yang menjadi pegangan bapak dalam berbisnis?
SMD:
Firman Tuhan yang menjadi pegangan saya, untuk menjalankan segala bisnis saya adalah Mazmur 1:1-3, yang berbunyi, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”
YES : Sebelum kita menutup perbincangan ini, adakah kiat-kiat yang bisa disampaikan bagi pembaca Psalm 21 Magazine, supaya para pembaca pun bisa mengalmi sukses di usia muda seperti Anda?
SMD:
Saya percaya, jika kita setia melakuakn firman-Nya, Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Saya merangkum Lima Prinsip untuk Sukses, yang selalu saya jadikan pedoman. Semua orang bisa sukses, karena sesungguhnya manusia diciptakan untuk sukses. Kelima prinsip itu adalah :
1. Beriman lepada Tuhan Yesus.
Mujizat ternesar dalam hidup saya, adalah ketika mengenal Yesus.
2. Bertobat dari segala dosa.
Setelah mengikuti Tuhan, saya berkomitmen untuk bertobat dari segala dosa. Saya menghancurkan semua kaset-kaset film porno, meninggalkan narkoba, judi, perzinahan, onani dan kehidupan malam. Saya bertobat dari segala dosa itu pada th. 2006.
3. Berani bermimpi.
Dalam Yesus ada pengharapan. Dan pengharapan itulah yang menguatkan saya untuk berani bermimpi (maksudnya memilki impian untuk masa depan – red). Tapi impian kita, harus selaras dengan firman Tuhan. Inpian saya terbesar adalah saya mau seluruh kehidupan, bisnis, keluarga saya bisa menjadi berkat.
4. Berani melangkah.
Untuk mencapai mimpi itu. Jadi jangan hanya bermimpi saja. Iman tanpa perbuatan, hakekatnya mati. Dengan impian yang selaas dengan firman, dan kita melangkah bersama Tuhan untuk mencapai impian itu, maka saya yakin, sukses sudah ada di hadapan kita.
5. Taat dan setia pada perkara kecil.
Salah satu ketaatan kita adalah berkomitmen untuk melayani Tuhan, sesuai talenta kita. Itulah ssebabnya sampai sekarang, saya aktif melayani sebagai penyiar di Radio rohani, Radio Mazmur 21. Saya juga terlibat dalam komsel di rumah, setiap hari Rabu. Saya juga menyediakan kamar di rumah, untuk penginapan –hamba-hamba Tuhan, yang direkomendasikan gereja.
YES : Haleluyah! Apakah masih ada impian dimasa depan yang belum tercapai, tetapi Anda sedang menuju ke sana?
SMD:
Saya rindu untuk membangun semacam mess khusus untuk penginapan hamba-hamba Tuhan. Saya yakin, jika Tuhan mengijinkan, dalam waktu lima tahun ini, impian ini bisa terlaksana. Saya juga memiliki kerinduan bersama istri, bisa melayani Tuhan dimana-mana.Mohon dukung dalam doa, untuk impian-impian ini. GBU
Demikianlah perbincangan kami. Saya yakin, para pembaca sekalian sangat diberkati Sekarang tiba saatnya, bagi kita untuk memprakktekkan kelima prinsip diatas.SUKSES! GBU
Penulis :YES