Shalom, anak Kerajaan, dahsyat! Saya yakin. Anda pasti sependapat bahwa keluarga seharusnya menjadi cerminan dari kasih. Tetapi ironisnya dewasa ini, sering kita jumpai keluarga yang berantakan, hancur. Adanya pertikaian suami-istri-anak-menantu-mertua dan seabreg masalah keluarga lainnya. Belum lagi kasus perceraian, perselingkuhan, keluarga broken home, dan lain sebaginya. Masihkah keluarga dapat menjadi cermin kasih?
Artikel ini mengajak Anda bagaimana sebenarnya keluarga yang adalah cerminan kasih Bapa? Dan bagaimana membangun keluarga model ini?
Kasih Bapa, dimulai dari kasih papa
Saya baru mengerti mengapa hal ini disebut sebagai kasih Bapa? Karena sesungguhnya kasih itu di mulai dari Bapa. Demikian juga dalam keluarga, sesungguhnya, kasih dimulai dari seorang papa. Papa yang memegang peranan penting dalam perwujudan kasih Tuhan di dalam keluarga. Fakta membuktikan bahwa banyak masalah yang terjadi dalam keluarga, karena sang papa tidak mampu mewujudkan kasih Bapa dalam keluarga. Ini disebabkan karena kurangnya pemahaman kasih Bapa dalam diri sang papa.
Sejujurnya saya baru bisa mengerti kasih Bapa, setelah saya menjadi seorang papa. Sebelumnya saya tidak mengetahui bagaimana perasaan Bapa ketika melihat anak-Nya di salib. Saya tidak mengetahui bagaimana perasaan Bapa ketika mengutus anak-Nya ke dalam dunia. Setelah menjadi papa, saya baru bisa merasakan bagaimana perasaan ketika anak saya sedang mengalami masalah, sakit misalnya.
Saya pun tidak mengetahui bagaimana keakraban seorang ayah terhadap anaknya karena hubungan saya dengan papa saya, sebelum beliau bertobat, tidaklah terlalu akrab. Figur seorang ayah bagi saya, adalah bagai figur seorang atasan atau seorang ditaktor.
Tapi, setelah saya renungkan mendalam, papa tidaklah seburuk yang saya gambarkan dalam pikiran saya. Papa mencintai saya. Hanya karena karakter papa saya yang kaku, sehingga cintanya pada saya, kurang dapat saya rasakan. Maklumlah karena papa juga dididik demikian oleh kakek.
Jika papa tidak sayang pada saya, bagaimana mungkin dia mau kerja keras untuk keluarga (termasuk saya)? Papa adala hseorang montir mobil dan masih bekerja sampai sekarang, di usianya yang sudah 62 tahun. Jika papa tidak sayang pada saya, bagaimana mungkin dia mau bersusahpayah bagi saya dan keluarga?
Hubungan akrab Yesus dengan Bapa-Nya memberi kesan yang mendalam bagi saya sehingga membuat saya bertekad mengubah paradigma seorang papa. Saya bertekad menjadi seorang papa yang bisa menunjukkan kasih secara terbuka. Saya bertekad menjadi papa yang tidak mengecewakan anaknya dan papa yang memberi teladan dan bukan hanya nasihat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar