Entri Populer

Rabu, 14 Desember 2011

Sikap Kehambaan Maria

Sikap Kehambaan Maria 
"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." - Lukas 1:38
 
Bacaan : Lukas 1:26-38
Renungan:
Ketika Tuhan Yesus harus datang ke dunia, dalam rupa seorang manusia, maka Dia hrus dilahirkan secara alamiah. Untuk itu, Tuhan membutuhkan media seorang gadis, yang hidup sesuai dengan standart-Nya. Tuhan menemukannya dalam diri Maria. Dari sekian juta gadis di seluruh dunia ini, Maria-lah yang terpiih, karena dia hidup sesuai dengan standart-Nya.
Salah satu standart yang Tuhan tetapkan dan terpenuhi dalam diri Maria adalah sikap kehambaannya. Hal ini terlihat dari kalimat yang diucapkannya dalam Lukas 1:38, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Kalimat ini diucapkan oleh Maria, merupakan sebauh respon dari perkataan malaikat yang berkata kepadanya perihal kelahiran sang Juru Selamat. Malaikat itu berkata bahwa sesungguhnya tidak ada yang mustahil bagi Allah. Dengan sikap kehambaannya, Maria menyatakan imannya bahwa jika  tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, maka tidak ada yang mustahil juga bagi hamba-Nya. Jadilah pada hamba-Nya menurut perkataan Tuhan.
Iniliah kehambaan Maria, yang merupakan salah satu alasan mengapa Tuhan memilihnya. Saya yakin, saat ini, Tuhan juga sedang mencari Maria-Maria lainnya, yang memiliki sikap kehambaan, untuk menghadirkan Kristus di tengah dunia yang sedang bergejolak.Saya dan andalah Maria-Maria itu.
Namun ingat, untuk memiliki sikap kehambaan itu, tidak mudah. Tidak dalam waktu sekejap, Maria bisa memiliki sikap kehambaan. Sikap ini adalah sebuah karekter yang telah dipupuk sejak dini. Oleh karena itu, jika kita tidak mulai belajar dan melakukannya dari sekarang, lalu kapan lagi?
Meditasi Pribadi : Bayangkan bahwa kita seperti Maria, memiliki sikap kehambaan yang luar biasa.
Tindakan : Melalui renungan ini, mari kita segera belajar dan menerapkan sikap kehambaan dalam kehidupan kita.. Bagikan berkat renungan hari ini kepada mereka yang membutuhkan kebenaran ini..
Sikap kehambaan yang murni, melahirkan keimanan yang mulia

Rabu, 07 Desember 2011

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH Prinsip Keenam, Mengalami Kepenuhan Kuasa Roh Kudus

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH
Prinsip Keenam, Mengalami Kepenuhan Kuasa Roh Kudus

Yesus mendekati mereka dan berkata: Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” – Matius 28:18-19
                                                                                                                                     
Ayat di atas menjelaskan bahwa Yesus sudah diberi ototitas untuk memberikan perintah dan mengimpartasikan kuasa Roh-Nya kepada mereka yang menerima firman-Nya. Ketika kita membangun hubungan intim dengan-Nya dalam penyembahan, akan menerima firman dan kuasa-Nya, sehingga hidup kita pasti diubahkan. Oleh karena itu, tingkatkanlah hunbungan intim dengan-Nya, dalam penyembahan dan firman.
Kita sering kali melihat berbagai permasalah yang timbul di dunia. Sepertinya Bumi ini, tidak lagi layak untuk dijadikan tempat tinggal. Alkitab berkata bahwa kita seperti domba yang berada ditengah kawanan serigala yang buas. Jika tidak waspada, semuanya itu bisa menggerogoti iman kita kepada Yesus. Itulah sebabnya mengapa Yesus bertanya adakah iman bumi ini, ketika Dia datang kelak.
Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” – Lukas 18:8
Sahabat Kerajaan, iman kitalah yang menjadi alat untuk menerima dan menyatakan kuasa Roh Kudus. Dengan kuasa Roh Kudus, kita dapat memasuki wilayah spiritual untuk mengoperasikan kuasa-Nya dan mengendalikan keadaan dunia. Sebagaimana yng terjadi pada waktu penciptaan dunia. Dengan kuasa Roh Kudus, dunia ada dalam genggaman tangan kita dan kita kuasai.
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” – Kejadian 1:26
Sekuat apapun segala kekuatan, yang tersedia dan dihasilkan dari sebuah rekayasa kemampuan manusia, yang berdasarkan logika kemanusiaan, tidak akan pernah mampu untuk mengatasi kehidupan ini. Sekalipun sudah diadakan berbagai penelitian tentang keadaan zaman ini, dan sudah dilakukan berbagai daya upaya untuk mengatasinya, tetapi hasilnya sungguh sia-sia. Tidak ada seorang pun yang mampu mengatasi persoalan dunia ini, tanpa memahami dan menggunakan kuasa Roh Kudus.
Roh Kudus adalah pribadi Tuhan itu sendiri. Oleh karena itu, Roh Kudus adalah kuasa yang mendatangkan Kerajaan-Nya. Ketika Kerajaan Allah datang, tentulah bumi akan menjadi seperti di Surga, sebagaimana di Taman Eden dulu. Inilah yang menjadi pokok doa Tuhan Yesus dalam doa Bapa kami, “Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” – Matius 6:9-10
Bumi menjadi seperti di Surga? Wow, luar biasa! Dapat kita bayangkan, apa yang akan terjadi, jika bumi berubah seperti di Sorga? Dijamin, bahwa segala sesuatu, pasti akan tersedia dengan baik, dan si jahat, tidak akan dapat menjamahnya. Tidak ada lagi sakit-penyakit, kesusahan, malapetaka, bencana, masalah hubungan keluarga, perceraian, korupsi, tingkat kejahatan yang semakin meningkat, peperangan, masalah ekonomi dan politik, dll. Akar penyebab semua masalah itu, dosa, sudah tidak ada lagi.
Beberapa waktu lalu, dunia dihebohkan dengan film 2012. Sebuah film yang mempertontonkan sebuah simulasi keaadan dunia, yang sedang berada dalam bahaya dan goncangan besar. Jika memang hal seperti itu terjadi di dunia ini, bagaimana mungkin manusia dapat bertahan dan menyelamatkan diri? Anda bisa membayangkan jika bencana terjadi silih berganti dalam jarak waktu yang dekat? Bahkan ada yang terjadi secara bersamaan di beberapa tempat sekaligus. Sementara bencana sedang berlangsung di sebuah daerah dan belum berakhir, di daerah lain baru mulai terjadi bencana dalam bentuk yang lain pula.
Pertanyaannya adalah, “Apakah peristiwa itu akan benar-benar terjadi? Sulit menggambarkan bahwa peristiwa seperti itu, adalah peristiwa akhir zaman. Tetapi yang pasti bahwa goncangan besar, pasti akan terjadi di dunia ini, dan nyaris tidak ada seorang manusia pun yang akan terluput. Kalaupun ada yang luput, hanyalah orang yang berharap pada-Nya, karena itu adalah janji-Nya kepada orang-orang percaya. Hanya orang-orang percaya yang akan masuk dalam Kerajaan yang tidak tergoncangkan, dan itu membutuhkan iman kepada Yesus!
Untuk itu, mari kita selalu investasi kepada hal-hal yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan keimanan kita. Investasi ekonomi itu baik, tetapi investasi pertumbuhan iman, akan jauh lebih baik lagi. Sebab dengan demikian, kita akan mengalami kepenuhan kuasa Roh Kudus. Dengan kuasa Roh Kudus, kita dapat menghadapi segala tantangan yang ada dan dipersiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.
Sudah siapkah kita? Hendaknya penuhlah kita dengan Roh Kudus! (YES)

Senin, 05 Desember 2011

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH Prinsip Keempat, Mengalami Hubungan Intim dengan Bapa

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH
Prinsip Keempat, Mengalami Hubungan Intim dengan Bapa

Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” – Matius 28:18

Kalimat “Yesus mendekati mereka” dalam ayat di atas, menggambarkan bagaimana Tuhan Yesus sangat merindukan persekutuan dengan orang percaya. Sifat Bapa adalah selalu rindu akan umat-Nya. Keintiman Bapa dengan manusia sudah terjadi sejak awal penciptaan. Kita bisa melihatnya dari Kejadian 3:9-10.
Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: ‘Di manakah engkau?’ Ia menjawab: ‘Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.” Ketika manusia jatuh dalam dosa, Bapa tetap mencarinya. Itu berarti keintiman terjadi karena kerinduan Bapa dan bukan usaha manusia. Manusia bersembunyi dan berusaha menjauhkan diri dari Bapa, tetapi Bapa tetap beerinisiatif untuk bersekutu dengan manusia.
Dunia sudah cemar oleh dosa. Manusia semakin jauh dari Tuhan dan menuhankan segala cara untuk memberikan identitas, seakan-akan adalah umat yang berketuhanan. Sekalipun keadaan manusia sedemikian buruknya, tetapi Bapa tetap menyatakan diri-Nya untuk menyelamatkan umat kepunyaan-Nya, dengan mengorbankan Anak-Nya, Yesus Kristus. Untuk membangun kembali hubungan intim yang pernah terbangun di taman Eden.
Sahabat, dapat dipastikan bahwa penyembahan yang benar, akan membawa hubungan yang intim dengan Bapa Surgawi. Hubungan intim, bukanlah sekedar hubungan biasa, melainkan suatu hubungan yang digambarkan layaknya suami-istri. Suatu hubungan yang melibatkan kedua pihak dengan kasih yang seimbang, tenggelam dalam cinta yang kuat dan mengikat kepada kesatuan hidup.
Tuhan Yesus telah rela berkorban, untuk membangun hubungan intim dengan umat-Nya. Demikian juga seharusnya kita rela berkorban bagi Yesus, demi terciptanya hubungan intim tersebut. Demikianlah sesungguhnya hubungan intim dalam penyembahan terjadi.
Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia. Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu.” – Lukas 9:33. Dalam ayat di atas, kita bisa melihat bagaimana respon dari Petrus, karena memiliki hubungan yang intim dengan Yesus. Secara spontan, Petrus rela berkorban untuk membangun tida kemah. Pengaruh hubungan intim adalah adanya kerelaan berkorban untuk Yesus.
Gambaran hubungan intim yang diperlihatkan Alkitab adalah hubungan antara bapa dengan anaknya. Tuhan adalah Bapa dan kita adalah anak-anak-Nya. Tuhan digambarkan sebagai seorang Bapa yang sangat mengasihi anak-Nya. Bahkan Dia berkata, “Inilah anak yang Kukasihi. Kepada-Nyalah, Aku berkenan.” Dapat kita rasakan bagaimana hubungan intim itu? Bagaimana jika Ayah kita berkata kepada kita, bahwa dai sangat mengasihi kita? Terasa sepertinya dunia ini “menciut”, hanya dihuni oleh kita dan ayah kita saja.
Hal ini dijelaskan Tuhan dalam perumpamaan tentang “Anak yang Hilang”. Ketika anak itu berbalik, tanpa berpikir panjang dan terpengaruh akan keadaan anak itu yang compaang-camping, Bapa langsung datang menghampiri dan menerimanya kembali. Kesalahan sang anak, tidak melunturkan kasih Bapa. Sebagai orang yang terhormat, Bapa tetap menerima anak itu apa adanya. Bukankah inilah hubungan yang intim antara Bapa dan anak? Hal ini lah yang telah diperlihatkan Tuhan Yesus terhadap gereja-Nya.
Kesimpulannya, hubungan intim dalah hubungan roh, jiwa dan tubuh. Ketiga hal ini, harus menjadi satu dalam gaya hidup kita.
1.     Jiwa (Pikiran, perasaan dan kehendak).
Jiwa kita terikat denagn perjanjian yang tidak dapat diputuskan dalam keadaan apapun. Itulah gambaran hubungan intim dalam jiwa.
2.    Roh
Roh kita memiliki perasaan rindu yang dalam terhadap Bapa. Ketika kita jauh dari Bapa, sepertinya ada yang kosong dalam hati kita. Itulah gambaran hubungan intim dalam roh.
3.    Tubuh.
Tubuh kita akan merasakan kesukaan daalm kebersamaan, menikmati hal-hal yang sensasional. Oleh karena itu, tubuh ini sering kali berhubungan dengan sensasi. Ketika hubungan intim dengan tubuh terjadi, maka tubuh ini bergairah dalam hal sensasi. Ketika memuji Tuhan di gereja, seharusnya tubuh kita juga bergairah, seperti Daud memuji Tuhan dengan antusias. Sikap sperti inilah yang dimaksudkan dengan hubungan intim dengan tubuh. Dalam bahasa aslinya, kata “hubungan intim”, sesungguhnya berarti persetubuhan yang sensasional. YES

Minggu, 04 Desember 2011

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH Prinsip Ketujuh, Menjadi Warga Kerajaan Allah

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH
Prinsip Ketujuh, Menjadi Warga Kerajaan Allah

dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.– Matius 28:20
                                                                                                                                     


Prinsip 7. Menjadi Warga Kerajaan Allah.

T A M A T (YES)

Jumat, 02 Desember 2011

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH Prinsip Kelima, Menerima Firman Tuhan

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH
Prinsip Kelima, Menerima Firman Tuhan

“Yesus mendekati mereka dan berkata: Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” – Matius 28:18

Kalimat “Yesus mendekati mereka dan berkata...” dalam ayat di atas, menjelaskan bahwa Tuhan berbicara  dengan murid-Nya. Sifat hakiki Tuhan, adalah selalu ingin berkomunikasi dengan umat kepunyaan-Nya.
dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: ‘Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan’.” – Lukas 3:22. Kalimat “terdengarlah suara dari langit”, artinya Bapa selalu berbicara (bersuara) kepada umat-Nya, Karena itu, setiap orang yang memiliki hubungan intim dengan Tuhan, pastilah akan mendengarkan suara-Nya. Mendengar suara Tuhan merupakan salah satu tanda kehadiran Tuhan dalam kehidupan orang tersebut.
Sahabat Kerajaan, berdasarkan apa yang dicatat dalam Alkitab, bahwa banyak hal yang terjadi di dunia, bukanlah karena ada berapa banyaknya orang berkata-kata, melainkan karena Tuhanlah yang brkata-kata, sehingga segala sesuatu terjadi dan tercipta. Sebagaimana seperti yang ditulis dalam Kejadian 1:3, yang berbunyi, “Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi.”
Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: Guru, betapa orang bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia. Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu.” – Lukas 9:33. Dalam ayat di atas, kita bisa melihat bagaimana respon dari Petrus, karena memiliki hubungan yang intim dengan Yesus. Secara spontan, Petrus rela berkorban untuk membangun tida kemah. Pengaruh hubungan intim adalah adanya kerelaan berkorban untuk Yesus.
Gambaran hubungan intim yang diperlihatkan Alkitab adalah hubungan antara bapa dengan anaknya. Tuhan adalah Bapa dan kita adalah anak-anak-Nya. Tuhan digambarkan sebagai seorang Bapa yang sangat mengasihi anak-Nya. Bahkan Dia berkata, “Inilah anak yang Kukasihi. Kepada-Nyalah, Aku berkenan.” Dapat kita rasakan bagaimana hubungan intim itu? Bagaimana jika Ayah kita berkata kepada kita, bahwa dai sangat mengasihi kita? Terasa sepertinya dunia ini “menciut”, hanya dihuni oleh kita dan ayah kita saja.
Hal ini dijelaskan Tuhan dalam perumpamaan tentang “Anak yang Hilang”. Ketika anak itu berbalik, tanpa berpikir panjang dan terpengaruh akan keadaan anak itu yang compaang-camping, Bapa langsung datang menghampiri dan menerimanya kembali. Kesalahan sang anak, tidak melunturkan kasih Bapa. Sebagai orang yang terhormat, Bapa tetap menerima anak itu apa adanya. Bukankah inilah hubungan yang intim antara Bapa dan anak? Hal ini lah yang telah diperlihatkan Tuhan Yesus terhadap gereja-Nya.
Kesimpulannya, hubungan intim dalah hubungan roh, jiwa dan tubuh. Ketiga hal ini, harus menjadi satu dalam gaya hidup kita.
1.     Jiwa (Pikiran, perasaan dan kehendak).
Jiwa kita terikat denagn perjanjian yang tidak dapat diputuskan dalam keadaan apapun. Itulah gambaran hubungan intim dalam jiwa.
2.    Roh
Roh kita memiliki perasaan rindu yang dalam terhadap Bapa. Ketika kita jauh dari Bapa, sepertinya ada yang kosong dalam hati kita. Itulah gambaran hubungan intim dalam roh.
3.    Tubuh.
Tubuh kita akan merasakan kesukaan daalm kebersamaan, menikmati hal-hal yang sensasional. Oleh karena itu, tubuh ini sering kali berhubungan dengan sensasi. Ketika hubungan intim dengan tubuh terjadi, maka tubuh ini bergairah dalam hal sensasi. Ketika memuji Tuhan di gereja, seharusnya tubuh kita juga bergairah, seperti Daud memuji Tuhan dengan antusias. Sikap sperti inilah yang dimaksudkan dengan hubungan intim dengan tubuh. Dalam bahasa aslinya, kata “hubungan intim”, sesungguhnya berarti persetubuhan yang sensasional. YES

Kamis, 01 Desember 2011

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH Prinsip Ketiga, Menyembah Bapa dalam Roh dan Kebenaran

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH
Prinsip Ketiga, Menyembah Bapa dalam Roh dan Kebenaran

“Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.” – Matius 28:17a

Kebiasaan orang percaya, seperti yang diperlihatkan para murid, adalah menyembah. Demikian juga yang diperlihatkan Daniel dalam Daniel 6:11, ”Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.”
Para penyembah Bapa, akan menyembah-Nya dalam Roh dan kebenaran. Larena Bapa adalah Roh adanya. Sebagaimana yang dikatakan Yohanes dalam Yohanes 4:23-24, ”Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”
Bagaimana pemahaman kita tentang penyembah yang menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran? Ada dua hal yang harus diketahui, yaitu:

1. Roma 10:10, yang berbunyi, ”Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.” Dengan hati, orang percaya dan dibenarkan dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. Jika keduanya dapat membenarkan seseorang untuk diselamatkan, tentulah keduanya dapat membawa orang masuk hadirat-Nya untuk menyembah Bapa.
A. Dengan hati percaya.
Penyembahan dan keselamatan adalah dua hal yang saling terkait. Amanat Agung memang menekankan tentang keselamatan, tetapi dimulai dulu dengan sebuah penyembahan dari murid-murid-Nya. Penyembahan harus dilakukan dengan hati yang percaya, sehingga dibenarkan dan dengan mulut yang mengaku, sehingga diselamatkan. Artinya penyembahan yang dilakukan, sesuai dengan Amanat Agung.
Penyembahan harus dilakukan dengan hati, bukan hanya pikiran saja. Sekalipun otak kanan berhubungan dengan hati (perasaan). Dengan berserah penuh bahwa Pribadi yang kita sembah, sungguh hadir dalam hati kita. Pribadi ini sedang melakukan suatu aktifitas spiritual yang tidak dapat ditur oelh manusia. Dengan demikian, barulah hati kita bisa dilepaskan dari konsep duniawi. Penyembahan demikian adalah penyembahan yang mengandalkan roh. Ketika roh kita sedang bersekutu dengan Tuhan, kita akan semakin merasakan kehadiran Roh Kudus, jika kita semakin berserah pada-Nya.
B. Dengan mulut mengaku.
Ketika mulut kita mengaku akan Dia, maka atmosfir surgawi akan dinyatakan dalam penyembahan.
Dapat kita bayangkan bagaimana jika kita melakukan penyembahan seperti ini? Perkara besar akan terjadi! Hadirat-Nya sedang mengkondisi kita!  

2. 1 Korintus 14:14-15, berbunyi, ”Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa. Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.”
Ketika kita berdoa dalam roh, sesungguhnya akal budi kita tidak turut berdoa. Demikian juga sebaliknya.
Yang benar, keduanya harus kita lakukan. Dengan demikian, penyembahan dalam roh dan kebenaran, dapat dilakukan dalam bahasa roh dan bahasa manusia (akal budi). Penyembahan demikian akan berbeda dengan penyambahan agamawi. Penyembahan inilah yang kita harapkan, sehingga bisa merubah atmosfir ibadah.

Jika ini yang terjadi, maka perkara-perkara besar akan terjadi dalam ibadah. Ketika beribadah, kita akan merasakan Roh Kudus datang dan menjamah kita, secara fisik maupun jiwa. Jika Roh Kudus sudah bekerja, tidak ada seorangpun yang mengerti. Terkadang, perkara-perkara besar yang aneh pun terjadi.
Salah satu perkara aneh yang pernah terjadi dalam ibadah adalah ketika gigi yang berlubang dari seorang jemaat, disembuhkan Tuhan. Ketika kemuliaan Tuhan menjamahnya dalam penyembahan, giginya yang berlubang seperti mendapat ”tambalan”. Hasilnya, gigi yang tadinya berlubang menjadi seperti gigi baru lagi, seperti aslinya. Masih banyak lagi perkara besar yang aneh terjadi dalam ibadah.
Gereja dan kita harus mengalami pengalaman seperti ini! Penyembahan sangata erat hubungannya dengan Amanat Agung. Ketika kita dan gereja menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran, maka pertobatan pun terjadi. Di gereja akan banyak didatangi jiwa-jiwa yang haus dan rindu akan jamahan Tuhan, sehinga jiwa-jiwa baru pun bertambah.
Pekerjaan Tuhan seperti ini juga terjadi di abad ke duapuluh ini. Seperti yang pernah terjadi di Toronto, Canada dan Pensacola, Amerika Serikat. Penyembahan dalam ibadah dalam kedua tempat ini, telah membawa jutaan jiwa mengalami perjumpaan dengan Tuhan. YES