Entri Populer

Senin, 05 Desember 2011

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH Prinsip Keempat, Mengalami Hubungan Intim dengan Bapa

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH
Prinsip Keempat, Mengalami Hubungan Intim dengan Bapa

Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” – Matius 28:18

Kalimat “Yesus mendekati mereka” dalam ayat di atas, menggambarkan bagaimana Tuhan Yesus sangat merindukan persekutuan dengan orang percaya. Sifat Bapa adalah selalu rindu akan umat-Nya. Keintiman Bapa dengan manusia sudah terjadi sejak awal penciptaan. Kita bisa melihatnya dari Kejadian 3:9-10.
Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: ‘Di manakah engkau?’ Ia menjawab: ‘Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.” Ketika manusia jatuh dalam dosa, Bapa tetap mencarinya. Itu berarti keintiman terjadi karena kerinduan Bapa dan bukan usaha manusia. Manusia bersembunyi dan berusaha menjauhkan diri dari Bapa, tetapi Bapa tetap beerinisiatif untuk bersekutu dengan manusia.
Dunia sudah cemar oleh dosa. Manusia semakin jauh dari Tuhan dan menuhankan segala cara untuk memberikan identitas, seakan-akan adalah umat yang berketuhanan. Sekalipun keadaan manusia sedemikian buruknya, tetapi Bapa tetap menyatakan diri-Nya untuk menyelamatkan umat kepunyaan-Nya, dengan mengorbankan Anak-Nya, Yesus Kristus. Untuk membangun kembali hubungan intim yang pernah terbangun di taman Eden.
Sahabat, dapat dipastikan bahwa penyembahan yang benar, akan membawa hubungan yang intim dengan Bapa Surgawi. Hubungan intim, bukanlah sekedar hubungan biasa, melainkan suatu hubungan yang digambarkan layaknya suami-istri. Suatu hubungan yang melibatkan kedua pihak dengan kasih yang seimbang, tenggelam dalam cinta yang kuat dan mengikat kepada kesatuan hidup.
Tuhan Yesus telah rela berkorban, untuk membangun hubungan intim dengan umat-Nya. Demikian juga seharusnya kita rela berkorban bagi Yesus, demi terciptanya hubungan intim tersebut. Demikianlah sesungguhnya hubungan intim dalam penyembahan terjadi.
Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia. Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu.” – Lukas 9:33. Dalam ayat di atas, kita bisa melihat bagaimana respon dari Petrus, karena memiliki hubungan yang intim dengan Yesus. Secara spontan, Petrus rela berkorban untuk membangun tida kemah. Pengaruh hubungan intim adalah adanya kerelaan berkorban untuk Yesus.
Gambaran hubungan intim yang diperlihatkan Alkitab adalah hubungan antara bapa dengan anaknya. Tuhan adalah Bapa dan kita adalah anak-anak-Nya. Tuhan digambarkan sebagai seorang Bapa yang sangat mengasihi anak-Nya. Bahkan Dia berkata, “Inilah anak yang Kukasihi. Kepada-Nyalah, Aku berkenan.” Dapat kita rasakan bagaimana hubungan intim itu? Bagaimana jika Ayah kita berkata kepada kita, bahwa dai sangat mengasihi kita? Terasa sepertinya dunia ini “menciut”, hanya dihuni oleh kita dan ayah kita saja.
Hal ini dijelaskan Tuhan dalam perumpamaan tentang “Anak yang Hilang”. Ketika anak itu berbalik, tanpa berpikir panjang dan terpengaruh akan keadaan anak itu yang compaang-camping, Bapa langsung datang menghampiri dan menerimanya kembali. Kesalahan sang anak, tidak melunturkan kasih Bapa. Sebagai orang yang terhormat, Bapa tetap menerima anak itu apa adanya. Bukankah inilah hubungan yang intim antara Bapa dan anak? Hal ini lah yang telah diperlihatkan Tuhan Yesus terhadap gereja-Nya.
Kesimpulannya, hubungan intim dalah hubungan roh, jiwa dan tubuh. Ketiga hal ini, harus menjadi satu dalam gaya hidup kita.
1.     Jiwa (Pikiran, perasaan dan kehendak).
Jiwa kita terikat denagn perjanjian yang tidak dapat diputuskan dalam keadaan apapun. Itulah gambaran hubungan intim dalam jiwa.
2.    Roh
Roh kita memiliki perasaan rindu yang dalam terhadap Bapa. Ketika kita jauh dari Bapa, sepertinya ada yang kosong dalam hati kita. Itulah gambaran hubungan intim dalam roh.
3.    Tubuh.
Tubuh kita akan merasakan kesukaan daalm kebersamaan, menikmati hal-hal yang sensasional. Oleh karena itu, tubuh ini sering kali berhubungan dengan sensasi. Ketika hubungan intim dengan tubuh terjadi, maka tubuh ini bergairah dalam hal sensasi. Ketika memuji Tuhan di gereja, seharusnya tubuh kita juga bergairah, seperti Daud memuji Tuhan dengan antusias. Sikap sperti inilah yang dimaksudkan dengan hubungan intim dengan tubuh. Dalam bahasa aslinya, kata “hubungan intim”, sesungguhnya berarti persetubuhan yang sensasional. YES

Tidak ada komentar:

Posting Komentar