Entri Populer

Jumat, 02 Desember 2011

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH Prinsip Kelima, Menerima Firman Tuhan

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH
Prinsip Kelima, Menerima Firman Tuhan

“Yesus mendekati mereka dan berkata: Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” – Matius 28:18

Kalimat “Yesus mendekati mereka dan berkata...” dalam ayat di atas, menjelaskan bahwa Tuhan berbicara  dengan murid-Nya. Sifat hakiki Tuhan, adalah selalu ingin berkomunikasi dengan umat kepunyaan-Nya.
dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: ‘Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan’.” – Lukas 3:22. Kalimat “terdengarlah suara dari langit”, artinya Bapa selalu berbicara (bersuara) kepada umat-Nya, Karena itu, setiap orang yang memiliki hubungan intim dengan Tuhan, pastilah akan mendengarkan suara-Nya. Mendengar suara Tuhan merupakan salah satu tanda kehadiran Tuhan dalam kehidupan orang tersebut.
Sahabat Kerajaan, berdasarkan apa yang dicatat dalam Alkitab, bahwa banyak hal yang terjadi di dunia, bukanlah karena ada berapa banyaknya orang berkata-kata, melainkan karena Tuhanlah yang brkata-kata, sehingga segala sesuatu terjadi dan tercipta. Sebagaimana seperti yang ditulis dalam Kejadian 1:3, yang berbunyi, “Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi.”
Dan ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata kepada-Nya: Guru, betapa orang bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia. Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu.” – Lukas 9:33. Dalam ayat di atas, kita bisa melihat bagaimana respon dari Petrus, karena memiliki hubungan yang intim dengan Yesus. Secara spontan, Petrus rela berkorban untuk membangun tida kemah. Pengaruh hubungan intim adalah adanya kerelaan berkorban untuk Yesus.
Gambaran hubungan intim yang diperlihatkan Alkitab adalah hubungan antara bapa dengan anaknya. Tuhan adalah Bapa dan kita adalah anak-anak-Nya. Tuhan digambarkan sebagai seorang Bapa yang sangat mengasihi anak-Nya. Bahkan Dia berkata, “Inilah anak yang Kukasihi. Kepada-Nyalah, Aku berkenan.” Dapat kita rasakan bagaimana hubungan intim itu? Bagaimana jika Ayah kita berkata kepada kita, bahwa dai sangat mengasihi kita? Terasa sepertinya dunia ini “menciut”, hanya dihuni oleh kita dan ayah kita saja.
Hal ini dijelaskan Tuhan dalam perumpamaan tentang “Anak yang Hilang”. Ketika anak itu berbalik, tanpa berpikir panjang dan terpengaruh akan keadaan anak itu yang compaang-camping, Bapa langsung datang menghampiri dan menerimanya kembali. Kesalahan sang anak, tidak melunturkan kasih Bapa. Sebagai orang yang terhormat, Bapa tetap menerima anak itu apa adanya. Bukankah inilah hubungan yang intim antara Bapa dan anak? Hal ini lah yang telah diperlihatkan Tuhan Yesus terhadap gereja-Nya.
Kesimpulannya, hubungan intim dalah hubungan roh, jiwa dan tubuh. Ketiga hal ini, harus menjadi satu dalam gaya hidup kita.
1.     Jiwa (Pikiran, perasaan dan kehendak).
Jiwa kita terikat denagn perjanjian yang tidak dapat diputuskan dalam keadaan apapun. Itulah gambaran hubungan intim dalam jiwa.
2.    Roh
Roh kita memiliki perasaan rindu yang dalam terhadap Bapa. Ketika kita jauh dari Bapa, sepertinya ada yang kosong dalam hati kita. Itulah gambaran hubungan intim dalam roh.
3.    Tubuh.
Tubuh kita akan merasakan kesukaan daalm kebersamaan, menikmati hal-hal yang sensasional. Oleh karena itu, tubuh ini sering kali berhubungan dengan sensasi. Ketika hubungan intim dengan tubuh terjadi, maka tubuh ini bergairah dalam hal sensasi. Ketika memuji Tuhan di gereja, seharusnya tubuh kita juga bergairah, seperti Daud memuji Tuhan dengan antusias. Sikap sperti inilah yang dimaksudkan dengan hubungan intim dengan tubuh. Dalam bahasa aslinya, kata “hubungan intim”, sesungguhnya berarti persetubuhan yang sensasional. YES

Tidak ada komentar:

Posting Komentar