Entri Populer

Selasa, 16 Agustus 2011

Berbagai Tanda-Tanda Alam di Akhir Jaman

Kingdom IT

Akivitas Matahari

Kita mengetahui bahwa akhir zaman kian dekat. Bahkan kita sebenarnya sudah memasuki era terakhir dalam bagian akhir zaman ini. Berbagai kejadian dan ilmu pengetauan sudah membuktikan secara pengalaman, maupun kepastian, bahwa jaman ini sedang menuju titik akhir dari perjalanan dunia.
Sebuah ayat dalam Wahyu  6:12 berkata, “Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut dan bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah.
Mungkin yang dimaksudkan dengan kalimat “matahari menjadi hitam”, adalah matahari kehilangan cahanyanya atau menjadi gelap. Kinerja matahari adalah menyalurkan panas dan cahaya ke bumi. Apa jdinya jika matahari kehilangan kinerja penting ini? Matahari menjadi hitam, gelap, dingin, tidak bercahaya lagi, alias tidur?
Satu fenomena alam menarik, terjadi belum lama ini. Fenomena cuaca dan alam yang tidak lazim ini, tercatat oleh harian Kompas, melalui Kompas.Com pada tanggal 30 Januari 2010. Demikianlah artikel ini kami sadur.

Sabtu, 30 Januari 2010 | 08:13 WIB
http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2009/01/13/3153185p.jpg
Kincir angin bersejarah meneteskan air yang langsung membeku di Furtwangen, Black Forest, barat daya Jerman, Senin (12/1). Walaupun cuaca sudah lebih hangat daripada beberapa hari sebelumnya, udara pada malam hari tetap amat dingin.

Matahari Tidur, Bumi Membeku
JAKARTA, KOMPAS.com — Cuaca dingin ekstrem melanda kawasan lintang tinggi Bumi. Fenomena ini, antara lain, disebabkan oleh Matahari yang tidur berkepanjangan. Dampaknya menjadi terasa berat karena semakin diperparah oleh adanya pemanasan Bumi dan perubahan iklim global.
Sejak Desember lalu, suhu ekstrem terus melanda kawasan Lintang Utara, yaitu mulai dari Benua Amerika, Eropa, hingga Asia. Di Eropa, suhu dingin bulan lalu pernah mencapai minus 16 derajat celsius di Rusia dan minus 22 derajat celsius di Jerman. Bagi Inggris, ini suhu ekstrem terdingin dalam 30 tahun terakhir. Jalur transportasi ke Perancis lumpuh.
Amerika Serikat pun mengalami hal yang sama. Serbuan cuaca ekstrem ini berdampak pada kegagalan panen di Florida dan menyebabkan dua orang meninggal di New York.
Kejadian luar biasa yang berskala global ini diyakini para pengamat meteorologi dan astronomi berkaitan dengan kondisi melemahnya aktivitas Matahari yang ditandai oleh menurunnya kejadian bintik matahari atau sunspot.
Bintik hitam yang tampak di permukaan Matahari melalui teropong bila dilihat dari sisi samping menyerupai tonggak yang muncul dari permukaan Matahari. Tonggak itu terjadi akibat berpusarnya massa magnet di perut Matahari hingga menembus permukaan.
Akibat munculnya bintik hitam berdiameter sekitar 32.000 kilometer atau 2,5 kali diameter rata-rata Bumi, suhu gas di fotosfer dan kromosfer naik sekitar 800 derajat celsius dari normalnya. Hal ini dapat mengakibatkan badai matahari dan ledakan cahaya yang disebut flare.
Namun, yang terjadi beberapa tahun terakhir ini adalah Matahari nonaktif. Menurunnya aktivitas Matahari itu berdasarkan pantauan Clara Yono Yatini, Kepala Bidang Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), mulai terlihat sejak tahun 2000.
Para pakar astrofisika matahari di dunia menyebut tahun 2008 sebagai tahun dengan hari tanpa bintik matahari yang tergolong terendah dalam 50 tahun terakhir. Mereka memperkirakan beberapa tahun sesudah 2008 akan menjadi tahun-tahun yang dingin, kata Mezak Ratag, pakar astrofisika yang tengah merintis pendirian Earth and Space Science Institute di Manado, Sulawesi Utara.
Pengukuran kuat medan magnet bintik matahari dalam 20 tahun terakhir di Observatorium Kitt Peak Arizona menunjukkan penurunan. Dari medan magnet maksimum rata-rata 3.000 gauss pada awal 1990-an turun menjadi sekitar 2.000 gauss saat ini.
Penurunan sangat signifikan ini merupakan bukti bahwa hingga beberapa waktu ke depan Matahari masih akan pada keadaan malas, kata Mezak. Ia memperkirakan kalau aktivitas maksimumnya terjadi pada sekitar tahun 2013, tingkatnya tidak akan setinggi maksimum dalam beberapa siklus terakhir.

Matahari dan iklim

Saat matahari redup berkepanjangan, musim dingin ekstrem berpotensi terjadi karena Matahari—sumber energi bagi lingkungan tata surya—adalah penggerak mesin iklim di Bumi.
Sejak 1865, data di Lapan menunjukkan kecenderungan curah hujan berkurang saat Matahari tenang. Demikian pula musim dingin parah sejak akhir 2009 terjadi saat Matahari amat tenang (deep minimum) mirip kejadian 1995-1996, urai Thomas Djamaluddin, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lapan.
Bukti keterkaitan dengan perilaku Matahari ini ditunjukkan oleh fenomena kebalikannya, yaitu musim dingin minim salju saat Matahari aktif pada tahun 1989. Musim dingin sangat panjang terjadi saat Minimum Maunder tahun 1645-1716 dan minimum Dalton awal 1980-an.
Kondisi serupa terjadi pada 1910-1914. Itu banyak dikaitkan dengan dinginnya laut pada musibah tenggelamnya Titanic pada April 1912. Normalnya, waktu itu sudah musim semi.
Sementara itu, Mezak berpendapat, pola aktivitas Matahari minimum saat ini mirip dengan kejadian tahun 1880, 1890, 1900, dan 1910. Jadi, siklus Matahari tidak hanya menunjukkan siklus sebelas tahun. Ada siklus lebih panjang dengan periode sekitar 100 tahun—siklus Gleisberg. Dalam catatan meteorologis, saat terjadi siklus itu, banyak cuaca ekstrem dingin, tetapi tidak seekstrem Minimum Maunder.

Cuaca dan GRK

Efek aktivitas Matahari minimum lebih banyak memengaruhi daerah lintang tinggi. Aktivitas Matahari sejak sekitar tahun 2007 hingga kini memperbesar peluang terjadinya gradien suhu yang besar antara lintang tinggi dan lintang rendah. Akibatnya, kecepatan komponen angin arah utara-selatan (meridional) tinggi.
Prof CP Chang, yang mengetuai Panel Eksekutif Monsun Badan Meteorologi Dunia (WMO), berkesimpulan, aktivitas monsun lintas ekuator yang dipicu gradien suhu yang besar di arah utara-selatan akhir-akhir ini meningkat secara signifikan dibandingkan dengan statistik 50 tahun terakhir.
Hal ini memperkuat dugaan, aktivitas Matahari minimum yang panjang berkaitan erat dengan cuaca ekstrem dingin. Di Indonesia, kejadian angin berkecepatan tinggi lintas ekuator menjadi penyebab utama munculnya gelombang-gelombang tinggi dari Laut China Selatan ke perairan Laut Jawa.
Adanya gas rumah kaca di atmosfer, lanjut Thomas, juga meningkatkan suhu udara yang menyebabkan perubahan iklim. Efek gabungannya cenderung meningkatkan kerawanan bencana terkait iklim, kata Thomas.
Teori pemanasan global mengatakan, atmosfer yang memanas membuat partikel-partikel udara menjadi semakin energetik dan berpotensi menghasilkan cuaca ekstrem.
Mungkin menurut Anda apa yang terjadi di atas, baru melanda bagian lain dari dunia. Bagaimana dengan di Indonesia. Sebenarnya fenomena alam seperti ini, matahari “tidur” dan adanya musim dingin yang ekstrim, juga pasti bisa melanda Indonesia?
Harian Tribun Pontianak, edisi Senin, 08 Maret 2010, melaporkan kejadian bahwa Tasik hujan es, Demikianlah laporan itu kami sadur:

Tasik Hujan Es

Peringatan Badan Meteorlorogi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tentang hujan es di beberapa wilayah Jawa Barat. Terbukti. Miinggu (7/3) sore, warga Tasikmalaya dikagetkan fenomena ala mini. “Hujan es berlangsung sekitar satu jam mulai pukul 15.30 Wib,” Tutur Tina, warga Lengkong,Tasikmalaya, kemarin. “Baru kali ini Tasik (Tasikmalaya) dilanda hujan es.Biasanyakan hujan es terjadi di Bandung. Es-nya bulat, sebesar ibu jari lagi,” jelasnya.
Akibatnya rumah Tina bocor.Atap genteng rusak terterpa butiran es. Beberapa pecan sebelumnya. Tasik dilanda hujan deras disertai angin rebut. BMKG telah mengeluarkan peringatan. Memasuki musim pancaroba, wilaya Jabar dan Jateng akan diterjang putig beliung dan hujan es.
“Awal Maret ini memasuki musim peralihan untuk wilayah Jabar dan Jateng,”kata staf operasional BMKG, Sunardi. Hujan es terjadi jika daerah mengalami pemanasan . Titik-titik air yang mengup, menjadi gumpalan es. “Es mengkristal tidak sempurna, dan jatuh sebagai hujan es,” jelasnya.

Suhu Bumi akan Berubah Drastis

Selain dati peristiwa bintik hitam matahari dan hujan batu es, fenomena alam lain yan gdipoerkirakan akan terjadi adalah suhu bumi yang meningkat drastis. Demikianlah laporan dari LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), sesuai dengan berita  yang dimuat dalam harian Tribun Pontianak, 6 Maret 2010. Meningkatnya suhu bumi diakibatkan karena terjadinya badai Matahari (flare)
Film fiksi ilmiah 2012, yang menceritakan tentang terjadinya badai matahari bukan isapan jempol belaka. Flare diperkirakan akan terjadi antara tahun 2012-2015, dan tak serta merta hal itu melenyapkan peradaban dunia. Tapi pengguna alat picu jantung bisa terkena dampaknya.
LAPAN memoerkirakan puncak aktivitas matahari akan terjadi pada 2012-2015. “Pada puncak siklusnya, aktivitas matahari akan tinggi dan terjadi badai matahari,” ujar Kabag Humas LAPAN, Elly Kuntjahyowati, Jumat (5/3).
Flare merupakan salah satu aktivitas matahari selain medan magnet, bintik matahari, lontaran massa korona, angin surya dan partikel energetic. Ledakan-ledakan matahari itu, bisa sampai ke Bumi. Namun flare yang diperkirakan akan terjadi itu tak akan langsung membuat dunia hancur.
“Masyarakat banyak yang menghubungkan antara badai matahari dengan isu kiamat 2012 dari ramalan suku Maya. Ternyata dari hasil pengamatan LAPAN, badai matahari tidak akan langsung menghancurkan peradaban dunia,” kata Elly.
LAPAN berniat mensosialisasikan dampak aktifitas matahari ini ke masyarakat. Sosialisasi Fenomena Cuaca Antariksa 2012-2015 akan digelardi Gedung Pasca Sarjana lantai 3, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, 9 Maret 2010.
Efek badai tersebut yang paling utama berdampak pada teknologi tinggi seperti satelit dan komunikasi radio. Satelit dapat kehilangan kendali dan komunikasi radio akan terputus.
Efek lainnya, aktivitas matahari berkontribusi pada perubahan iklim.Ketika aktivitas matahari meningkat, maka matahari akan memanas. Akibatnya suhu Bumi meningkat dan iklim akan berubah,” ujar Elly. Partikel-partikel matahari yang menembus lapisan atmosfir Bumi akan mempengaruhi cuaca dan iklim. Dampak ekstrimnya bisa menyebabkan kemarau panjang. Namun hal ini masih dikaji oleh para peneliti.
Film 2012 beberapa waktu lalu membuat heboh dunia. Film ini menyuguhkan bagaimana dahsyatnya kiamat yang digambarkan terjadi pada 12 Desember 2012. LAPAN telah meneliti “kiamat” itu sejak 1975. Menurut Deputi Bidang Sains Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan LAPAN, Bambang S. Tedjasukmana, kedahsyatan ledakan yang terjadi dalam flare menyamai 66 juta kali ledakan bom atomHirashima yang merenggut nyawa sekitar 80.000 jiwa manusia.
Gangguan cuaca matahari ini dapat mempengruhi kondisi muatan antariksa hingga mempengaruni magnet Bumi. Selanutnya berdampak pada sistim kelistrikan dan transportasi yang mengandalkan satelit navigasi Global Potitioning System (GPS), dan sistim komunikasi yang menggunakan satelit komunikasi dan gelombang frekwensi tinggi.
Bagaimana menurut Anda? Apakah fenomena ini merupakan pertanda kiamat sudah dekat? Tidak ada seorangpun yang mengetahuinya. Tetapi yang jelas adalah kita sudah memasuki era akhir zaman. Itu berarti Antikris Akan segera berkuasa,  orang-orang percaya aka nsegera diangkat (rapture) dan Yesus akan segera datang. Bersiaplah!
(dari berbagai sumber)

Bahan: Psalm 21 Magazine Edisi PRIL 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar