Entri Populer

Selasa, 29 November 2011

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH Prinsip Pertama, Pengenalan Akan Bapa


7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH
Prinsip Pertama, Pengenalan Akan Bapa

“Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.” – Matius 28:17

Pengenalan akan Bapa menjadi prinsip yang pertama, sebuah prinsip yang sangat menentukan kelangsungan hidup kita sebagai umat kepunyaan-Nya. Ketika Yesus diangkat ke Surga, semua murid-Nya sujud menyembah-Nya, namun ada sebagian yang ragu-ragu. Ini yang sering kita jumpai. Ada begitu banyak orang yang beribadah, tetapi sesungguhnya tidak menyembah-Nya. Terkadang hanya mencari mujizat. Mengapa bias demikian? Karena sesungguhnya mereka tidak mengenal-Nya. Oleh sebab itu, mereka tidak melihatnya sebagai Pribadi yang layak disembah.
Ketika kita berada di keramaian, tentu kita tidak akan berteriak memanggil si A atau si B, karena tidak akan terdengar, sekalipun dapat melihat mereka. Dalam keadaan demikian, hal terpenting adalah kita harus mengenal si A  atau si B itu, lalu mendekati mereka. Setelah dekat, baru dipanggil. Kasus ini membuktikan sangat pentingnya pengenalan.
Dalam ayat di atas dikatakan bahwa para murid sujud menyembah-Nya, ini membuktikan bahwa mereka mengenal Yesus. Mereka tahu pasti siapa yang mereka sembah dan mengapa harus menyembah-Nya. Itulah sebabnya pengenalan akan Bapa sangat penting. Penyembahan tanpa pengenalan, hanya bersifat penyebahan agamawi. Hal ini dijelaskan dalam Yohanes 4:22, yang berbunyi, “Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.”
Kata “jemaat”, berarti “immamat yang rajani”, artinya para penyembah yang memiliki otoritas Kerajaan. Kita pasti akan bias mengenal Tuhan, jika kita memahami bahwa kita adalah penyembah. Jika kita tidak melakukan penyembahan, maka tidak mungkin kita bias mengenal Pribadi yang kita sembah. Penyembahan didasari dengan pengenalan akan oknum yang disembah. Pengenalan memiliki nilai kekekalan sebagaimana yang dijelaskan dalam Yohanes 17:3, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”
Salah satu murid yang sempat meragukan Tuhan adalah Tomas. Ketika para murid berjumpa dengan Tuhan Yesus setelah kebangkitan-Nya, mereka langsung menyembah-Nya, kecuali Tomas. Dia baru bisa percaya, ketika mencucukan jarinya ke bekas tusukan paku dan tombak, pada tangan dan lambung Yesus. Tuhan Yesus dating dan menjawab keraguannya dalam Yohanes 20:27-28, “Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’ Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku’.“
Hal serupa pengalaman Tomas ini, sering kita jumpai. Kita tahu tentang Tuhan, namun tidak mengenal-Nya. Dapat dibayangkan jika kita menjadi penyembah yang demikian? Apa yang kita sembah? Dengan tegas, Tuhan berkata kepada orang-orang demikian, “Jawab-Nya kepada mereka: ‘Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia’.” – Yohanes 7:6-8
Dalam bahasa Ibrani kata “Sembahyang”, ditulis “peneh yahwe”, yang berarti hubungan yang intim antara anak dengan ayahnya. Jadi, penyembahan bukanlah sekedar upacara keagamaan, melainkan suatu tindakkan ketuhanan yang hakiki, yang tidak dapat digantikan dengan apapun. Penyembahan adalah hubungan spiritual yang utuh. 
Penyembahan dalam Perjanjian Lama, merupakan gambaran dari apa yang ada di Sorga. Dalam Perjanjian Baru, penyembahan yang dilakukan di Sorga, dinyatakan juga di Bumi, yang dilakukan oleh Bapa sendiri melalui korban grafirat yang utuh dan sempurna. Kita hanya melanjutkan pekerjaan Tuhan Yesus, sebagai wujud pribadi penyembahan tersebut. Hal ini dijelaskan dalam ayat di bawah.
“Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk disebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga, dan yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia. Sebab setiap Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan dan karena itu Yesus perlu mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan. Sekirtanya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi imam, karena di sini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat. Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti apa yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia handak mendirikan kemah: ‘ingatlah,’ demikian firman-Nya, ‘bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu.’ Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi.” – Ibrani 8:1-6
Penenalan akan Bapa sangat penting dalam penyembahan. Kenalilah Bapa dengan benar, dengan cara membaca, merenungkan dan melakukan firman-Nya. Dibawah ini, ada 8 poin tentang siapakah Bapa itu.
1.   Bapa adalah Roh yang maha hadir. Dimana ada Roh Bapa, disitu ada kemerdekaan.
2.   Bapa adalah kasih. Kasih-Nya tiada terukur bagi kita semua.
3.   Bapa berkuasa dalam segala sesuatu dan menyatakan segala sesuatu.
4.   Bapa itu benar dan adil. Keadilan-Nya mengatasi segala sesuatu sesuai kehendak-Nya.
5.   Bapa adalah Pribadi yang menyediakan. Tanpa Dia, segala sesuatu tidak ada.
6.   Bapa adalah Panji Kemenangan. Dia telah memenangkan segala sesuatu bagi orang percaya. Itu sebabnya kita disebut \lebih dari pemenang.
7.   Bapa adalah Gembala yang baik, yang selalu menuntun umat-Nya ke dalam kehidupan yang damai.
8.   Bapa adalah Pribadi yang menyembuhkan dan mentahirkan orang yang sakit.(YES)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar