Entri Populer

Jumat, 25 November 2011

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH Pendahuluan

7 PRINSIP SEORANG PENYEMBAH
Pendahuluan, Penyembahan adalah Kehendak Bapa

“Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran, sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.” – Yohanes 4:23

Penyembahan ialah suatu pelayanan keimamatan yang merupakan kehendakTuhan. Karena itu, sebagai mahluk ciptasn-Nya, kita harus menyembah-Nya. Itulah sebabnya, dalam Yohanes 4:23, dikatakan bahwa Tuhan mencari penyembah yang berkenan.
Penyembahan adalah cara Tuhan menyatukan diri dengan umat-Nya. Tuhan mencari penyembah yang mengenal-Nya, yang adalah Roh adanya. Itulah sebabnya, ketika seseorang menyembah-Nya, harus menyembah dalam roh dan kebenaran. Melalui pembahasan kita akan “7 Prinsip dalam Penyembahan”, diharapkan dapat memperlengkapi jemaat untuk menjadi penyembah yang berkenan. Setiap Anak Kerajaan (jemaat) adalah penyembah.
Ada banyak pengajaran  yang bagus tentang penyembahan. Tetapi apakah semuanya benar? Yang Tuhan kehendaki adalah penyembah yang “benar”, bukan penyembah yang “baik”. Sesuatu yang baik, belum tentu benar, sebaliknya sesuatu yang benar, pasti baik. Menyembah bukanlah hanya untuk mereka yang pandai bernyanyi dan memiliki suara merdu. Pemahaman yang salah ini sering menjadi ganjalan bagi jemaat dalam menyembah. Tetapi kemudian Tuhan membukakan sebuah kebenaran bahwa menyembah bukanlah tentang nyanyian yang baik, sekalipun penyembahan tidak terlepas dari nyanyian. Penyembahan adalah hubungan yang intim antara jemaat dengan Bapa.
Kalimat “saatnya akan datang” dalam ayat Yohanes 4:23, menunjukkan bahwa penyembahan akan mengalami pemulihan sesuai kehendak-Nya. Ketika kita memahami bahwa penyembahan adalah hubungan yang intim, maka hal ini akan memberikan nilai tersendiri dalam hidup dan pelayanan kita. Penyembahan yang benar, akan menyatakan pekerjaan Tuhan yang dahsyat. Penyembahan adalah cara untuk membangun penyatuan denagn Tuhan secara holistik.
Ketika kita sedang menyembah Bapa, sesungguhnya kita sedang menyentuh hadirat-Nya, sama seperti wanita yang sakit pendarahan 12 tahun, menyentuh jumbai jubah Yesus. Menyentuh hadirat-Nya, berarti menyentuh tubuh-Nya. Akibatnya akan ada kuasa yang mengalir sehingga mujizat pun terjadi. Hal ini pun pernah dialami oleh gembala kita, ketika Tuhan menyembuhkannya dari sakit tumor yang tumbuh di pipi beliau, sebagaimana yang telah disaksikannya. Penyembahan adalah ibarat “persetubuhan intim”, seperti hubungan suami-istri, di mana kita menerima impartasi kuasa illahi.
Dalam bahasa Ibrani kata “Sembahyang”, ditulis “peneh yahwe”, yang berarti hubungan yang intim antara anak dengan ayahnya. Jadi, penyembahan bukanlah sekedar upacara keagamaan, melainkan suatu tindakkan ketuhanan yang hakiki, yang tidak dapat digantikan dengan apapun. Penyembahan adalah hubungan spiritual yang utuh. 
Penyembahan dalam Perjanjian Lama, merupakan gambaran dari apa yang ada di Sorga. Dalam Perjanjian Baru, penyembahan yang dilakukan di Sorga, dinyatakan juga di Bumi, yang dilakukan oleh Bapa sendiri melalui korban grafirat yang utuh dan sempurna. Kita hanya melanjutkan pekerjaan Tuhan Yesus, sebagai wujud pribadi penyembahan tersebut. Hal ini dijelaskan dalam ayat di bawah.
“Inti segala yang kita bicarakan itu ialah: kita mempunyai Imam Besar yang demikian, yang duduk disebelah kanan takhta Yang Mahabesar di sorga, dan yang melayani ibadah di tempat kudus, yaitu di dalam kemah sejati, yang didirikan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia. Sebab setiap Imam Besar ditetapkan untuk mempersembahkan korban dan persembahan dan karena itu Yesus perlu mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan. Sekirtanya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi imam, karena di sini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat. Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti apa yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia handak mendirikan kemah: ‘ingatlah,’ demikian firman-Nya, ‘bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu.’ Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi.” – Ibrani 8:1-6
Inilah gambaran penyembahan yang sempurna. Ini menunjukkan kekhususan penyembahan di akhir jaman, yaitu menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran. Tidak harus lagi kita menyembah-Nya di Yerusalem atau di gunung, ataupun di gereja, tetapi bisa kita lakukan di mana saja dan kapan saja. Tuhan adalah Roh dan Dia maha hadir karena kasih-Nya dan bukan karena perbuatan kita. Mulai minggu depan, kita akan membahas Tujuh Prinsip Seorang Penyembah, yang akan membawa kita menjadi penyembah yang benar, yang menyembah Bapa dalam roh dan kebenara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar