Entri Populer

Selasa, 17 Januari 2012

KERAJAAN YANG TIDAK TERONCANGKAN Bagian Ketiga, Perubahan Menjadi Serupa Dengan Yesus

KERAJAAN YANG TIDAK TERONCANGKAN
Bagian Ketiga, Perubahan Menjadi Serupa Dengan Yesus

“Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.” – Kolose 3:9-10

Tahukah Anda bahwa kehidupan manusia bisa berubah-ubah? Ketika perubahan terjadi, terbentuklaah sebuah kebiasaan baru. Sebab itu, diperlukan adanya model untuk menjadi panutan. Jika modelnya baik, maka baik juga perubahanya. Tetapi bagaimana jika modelnya buruk? Inilah yang sering dialami manusia. Oleh sebab itu, setiap orang membutuhkan mentor yng benar, untuk menjadi modelnya dan mengarahkan kepada perubahan hidup yang benar.
Rasul Paulus berkata bahwa manusia harus diperbaharui terus-menerus, hingga menjadi serupa dengan gambar Khaliknya. Hal itu berarti kita harus berubah menjadi serupa dengan gambar Yesus. Itulah gambar kesempurnaan kita. Mentor yang benar, akan mengarahkan kita berubah menjadi seperti Yesus.
Mengapa kita perlu berubah? Sejak Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, manusia telah kehilangana gaambar kesempurnaan dan terasimilasi gambar dunia yang mudah tergoncangkan. Untuk itu, manusia harus segera berubah, kembali kepada gambar Khaliknya, yang sempurna dan tidak tergoncangkan.
Goncangan terjadi karena dosa. Dosa dihapuskan oleh kasih Bapa yang menyerahkan Anak-Nya yang tunggal, sebagai penebus dosa. Ketika kita percaya akan hal ini, dosa kita dihapuskan. Tetapi kebiasaan berbuat dosa yang sudah menyatu dalam kehidupan, harus dimatikan, dengan cara mengalami perubahan terus-menerus sampai kesempurnaan terjadi.
“Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” – Roma 7:22-25
 Apa yang diinginkan manusia, memang baik. Tetapi yang dilakukan, bukanlah hal yang baik. Ini disebabkan karena kebiasaan manusia. Ketika belum bertobat, memiliki kebiasaan berbuat dosa. Ketika sudah bertobat, kebiasaan bebuat dosa, sudah berakar dalam daging. Manusia menyadari akan hal ini, namun tidak memiliki kemampuan untuk mengatasinya dan melepasakan diri dari jeratan kebiasaan berbuat dosa. Inillah yang disebut dengan kebiasaan beebuat dosa telah berasimilasi dengan daging. Sekalipun hukumannya telah dihapus ketika menerima Yesus sebagai Tuhan, namun kebiasaannya perlu dilepaskan dengan cara dibentuk kembali terus-menerus, sampai serupa kembali dengan gambar Khaliknya (Renungkan Kolose 3:1-5).
Itulah sebabnya, kita harus mematikan segala yang tumbuh dalam diri kita, yang berasal dari hukum dosa. Untuk apa kita melakukannya? Bukankah kita telah mati dan bangkit berama Kristus? Kematian yang dimaksudkan dalam Kolose 3:3 ialah kematian manusia lama yang hidup dalam hukum dosa. Memang, segala kutuk dalam hidup kita sudah dicabut. Namun, gaya hidup yang terbentuk akibat hukum dosa, telah menjadi kebiasaan hidup. Untuk itu, sekalipun sudah bertobat, harus dibentuk kembali gaya hidup Kerajaan Allah. Karena itu, kita harus terus-menerus dbaharui sampai terbentuknya suatu kebiasaan baru yang berkenan kepada Tuhan. Dengan demikian, kita harus mempersembahkan tubuh kita, sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa kita harus melakukan suatu usaha, supaya terjadi pemulihan total.
Berdasarkan hal inilah, gereja menerapkan prinsip pemuridan sebagai sarana mentoring, agar anak-anak Kerajaan memiliki gaya hidup Kerajaan Allah. Pemuidan bukan hanya untuk sekedar menambah pengetahuan saja, melainkan pembentukkan otak kiri dan otak kanan kita. Firman Tuhan yang adalah bahan dasar pemuridan, memiliki dua unsur, yaitu pengetahuan dan hikmat. Pengetahuan akan memenuhi kebutuhan atak kiri dan ketika kita menangkap firman Tuhan dengan iman, kita akan menerima hikmat yang akan memenuhi kebutuhan otak kanan, sehingga kedewasaan rohani kita bertumbuh. Kedua unsur inilah yang akan membuat anak-anak Kerajaan dibedakan.
Pola penerapan pemuridan gereja kita, bukan hanya untuk sekedar menambah pengetahuan saja, melainkan untuk kedewasaan kerohanian kita. Pemuridan kita mencakup teori dan praktek. Teori untuk pengetahuan dan praktek untuk otak kanan kita bekerja.  Praktek ini akan membentuk kebiasaan baru, sehingga menstimulasi sikap dan perilaku kita.
Jika kita berada dalam lingkungan yang mempraktekkan hal yang baik, akan mempengaruhi regenerasi sel kita secara genetik. Namun sebaliknya, jika kita berada dalam lingkungan yang kebiasannya berbuat dosa, juga akan mempengaruhi regenerasi sel kita. Karena itu, kita harus mempraktekkan setiap firman yang kita dapatkan dalam pemuridan, sehingga melahikan kebiasaan baru yang positif. Inilah gaya hidup anak Kerajaan.
Ada banyak orang yang sudah mengikuti pemuridan, tetapi mengapa tidak berubah? Jawabannya hanya satu kemungkinan: Pemuridan dijadikan hanya sebatas menerima pengetahuan saja. Sebab, yang membuat kita berubah adalah jika firman yang kita pelajari, juga kita lakukan, sehingga firman itu menjadi hidup dan membentuk kebiasaan baru dalam hidup kita. Akibatnya, iman kita hidup dan bertumbuh. Iman yang hidup, akan mengubah hidup kita dan menjadikan kita kuat menghadapi tantangan dunia. Dengan imanlah, kita mengalahkan dunia, bukan ilmu. Imanlah yang menjadikan kita berubah menyerupai Kristus. (YES)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar