Entri Populer

Jumat, 20 Januari 2012

KERAJAAN YANG TIDAK TERONCANGKAN Bagian Keempat, Kekeluargaan yang Utuh

KERAJAAN YANG TIDAK TERONCANGKAN
Bagian Keempat, Kekeluargaan yang Utuh

“dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu” – Kolose 3:11

Jika ada dua orang yang selalu bertengkar, maka selau digambarkan seperti anjing dan kucing, karena anjing dan kucing memang tidak pernah akur. Tetapi lain halnya dengan seekor anjing dan kucing yang pernah kami jumpai di Bukit Doa Mazmur 21. Kami menemukan keduanya sedang bermain bersama, bercengkrama. Setelah beberapa saat kemudian, kami tetap menemukan mereka begitu akrab, seakan-akan kehidupan mereka menyatu. Tidak ada lagi perbedaan satu sama lain. Jadi jika anjing dan kucing saja bisa sangat akur, seperti sebuah keluarga, apalagi manusia?
Hal ini memberikan inspirasi bahwa tidak ada kalimat “tidak mnungkin” bagi Allah. Hal yang paling mustahil pun bisa terjadi, jika Tuhan berkenan. Inilah yang dikehendaki Tuhan. Kematain-Nya di kayu salib adalah untuk menyatukan gereja-Nya, tidak ada lagi pemisahan. Gereja akan memanifestasikan Kerajaan-Nya kepada dunia, sehingga orang dapat melihat gambar-Nya, dalam persekutuan gereja Tuhan.
Arti gereja adalah, perekutuan orang-orang yang telah keluar dari sebuah dikotomi, karena dibebaskan dari atribut dan kultur masiang-masing dan bersedia digabungkan dalam kultur Kerajaan Allah, yaitu kasih yang berlandaskan Kebenaran, Damai Sejahtera, Sukacita, Kuasa dan Kelimpahan. Inilah yang mempersatukan gereja. Namun bagi mereka yang bermotivasi ke gereja hanya untuk sekedar beribadah saja, akan sulit bersatu. Mereka merasa bahwa beribadah di hari Minggu, hanyalah merupakan kewajiban dan rutinitas orang kristen saja. Padahal persekutuan yang lebih dalam, sangatlah penting. Itu sebabnya, kita harus bergabug dalam komunitas keluarga Kerajaan Allah. Ketika kita hidup dalam kluarga Kerajaan Allah, berarti kita hidup dalam kasih-Nya, maka apapun yang kita lakukan, menjadi ringan dan mudah.
“Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat.” – 1 Yohanes 5:3. Ayat ini memperlihatkn bahwa Kasih dan gereja, adalah satu kesatuan. Demkian juga gereja dan persekutuan. Jadi, jika berbicara tentang gereja, hal ini memperlihatkan kesatuan dalam persekutuan yang berfokus pada Kristus. Jika kita hidup berfokus hanya pada diri sendiri, maka kita telah kehilangan kasih Tuhan. Sebab kita hanya memeprhatikan kepentingan sendiri dan melihat kekurangan dan kesalahan orang lain. Sebaliknya, jika kita berfokus pada Kristus, kita akan mengalirkan kasih, mulai memperhatikan kepentingan orang lain. Persekutuan seperti ini, yang akan menumbuhkan kerinduan untuk membangun hubungan kekeluargaan yang digerakkan kasih persaudaraan dan diikat oleh damai sejahtera Allah.
Ketika gereja hanya berfokus pada ibadah saja, maka yang datang hanyalah mereka yang ingin beribadah saja, tetapi bukan mereka yang mau menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Gereja seharusnya membangun keluarga Allah dan menyatakan Kerajaan-Nya. Sebagiamana yang ditulis dalam ayat ini: “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah.” – Efesus 2:19
Komunitas keluarga Allah akan terbangun, jika kita tidak merasa asing dalam komunitas itu. Inilh yang menjadi karakter kasih-Nya. Setiap kali beribadah, masing-masing memberikan sesuatu untuk membangun hubungan, menjadi satu kesatuan dalam Kristus, seperti yang ditulis dalam 1 Korintus 14:26 (baca dan renungkan).
Jika kita masing-masing mempersembahkan sesuatu dalam persekutuan, akan menciptakan suasana kekeluargaan yang utuh.  Jangan kita puas hanya beribadah pada hari Mingggu saja tanpa terikat pada persekutuan komunitas keluarga Allah. Jika kita tidak tergabung dalam persekutaun komunitas itu, menyebabkan terputusnya saluran kasih Allah. Kasih dan berkat kelimpahan Tuhan, hanya mengalir dalam persekutuan komunitas kasih-Nya, sebagaimana yang ditulis dalam Mazmur 133 (baca dan renungkan).
Sahabat, jangan ijinkan tembok budaya, atau kebiasaan lain, membetengi kehidupan kita untuk berkomunitas. Ketika kita dilahirkan kembali oleh Roh, latar belakang yang sering membentengi kita, telah diruntuhkan oleh Tuhan Yesus (Kolose 3:11). Jangan kita bangun kembali. Ketika Yesus berjumpa dengan wanita Samaria dalam Yohanes 4:9, sesungguhnya Dia sedang meruntuhkan tembok pemisah antara orang Samaria dan orang Yahudi, yang sebelumnya tidak berkomunikasi. Ketika seseorang berjumnpa dengan Yesus, sesungguhnya dia sudah terlepas dari kehidupan lamanya dan masuk dalam komunitas yang baru.
Ada banyak orang yang menciptakan “Injil baru”, yang dapat menghambat pertumbuhan keimanan. Ibdah hanya sekedar aktifitas. Padahal seharusnya dalam persekutuan ada kuasa-Nya. Dalam persekutuan Anak kerajaan, kita harus saling memperlengkapi satu dengan yang lain dan saling menguatkan.
Sudah banyak kesaksian yang dialami oleh mereka yang aktif dan menjadi anggota keluarga Allah. Jika kesaksian itu di tulis, sekiranya halaman ini, tidak akan mampu menampungnya. Anda bisa membaca kesaksian-kesaksian itu dalam Buku “Kerajaan yang tidak tergoncangkan”, karangan  Pdt. Markus Tonny Hidayat, bab 4, halaman 60-61.
“Dan setelah berpikir sebentar, pergilah ia ke rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus. Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa.” – Kisah Para Rasul 12:12. Sahabat, betapa dahsyatnya kuasa yang menjamah, ketika jemaat bersekutu dan berdoa. Doa demikian, akan membuat banyak hal yang tidak mungkin, menjadi mungkin. (YES)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar